Mana Lebih Baik, Buku Fisik atau Buku Digital?

Membaca senantiasa menjadi teman perkembangan peradaban manusia. Sejak dahulu hingga sekarang, sejak manusia mengukir di prasasti, batu, lontar hingga lembaran-lembaran kertas, yang sekarang kita kenal sebagai buku.
Seiring perkembangan teknologi yang kian pesat muncul buku digital atau buku elektronik untuk mendukung kegiatan membaca. Kehadiran ini memberikan manfaat praktis bagi para pembaca.
Tak perlu membawa lembaran kertas atau buku fisik yang berat, cukup dengan membawa gawai, buku digital sudah dapat dibuka. Bahkan buku-buku materi kuliah atau text book yang acap kali tebalnya bukan kepalang (lebih dari 500 halaman) dapat dibawa dan dibaca secara praktis melalui buku digital.
Namun dari sini, muncul pertanyaan: mana yang lebih baik, buku fisik atau buku digital? Saya sendiri, bila ditanya, akan menjawab dengan sederhana: keduanya sama sama-sama baik. Mengapa? Simak penjelasannya berikut ini.
Sejarah Singkat Perbukuan
Mengutip dari situs Google Arts and Culture, buku sudah ada sejak masa milenium ke-4 SM dengan bentuk gulungan-gulungan. Gulungan-gulungan tersebut dibuat menggunakan tanaman Papirus, dan ketika dibuka, lebarnya bisa 14 sampai 52 kaki. Kalau diubah ke satuan meter, kurang lebih antara 4-15 meter. Sementara itu, buku cetak pertama yang diakui di dunia adalah Diamond Sutra yang tanggal pembuatannya diperkirakan antara abad ke-2 hingga 5 M.
Secara umum, dalam kehidupan sehari-hari buku digunakan untuk bercerita, mengarsipkan, dan berbagi informasi mengenai sesuatu. Meskipun buku dikemas dalam berbagai bentuk mulai dari gulungan, cetakan, hingga digital kegunaannya tetap abadi hingga kini.
Pesona Buku Fisik
Bagi sebagian orang, buku fisik memiliki daya tarik tersendiri sehingga tak tergantikan oleh bentuk digital. Kebanyakan orang saat pertama kali membuka buku, membuka lembaran demi lembaran, serta mencium aroma buku fisik yang khas adalah sensasi tersendiri.
Ada rasa puas ketika membalik halaman demi halaman buku. Lalu, saat buku fisik itu selesai digunakan dan diletakkan di rak dengan rapi, perasaan memiliki, menjaga, dan menghargai terasa sepenuhnya dalam diri mereka.
Kelebihan Buku Fisik dan Kekurangannya yang Jarang Terbantah
Kegiatan membaca menggunakan buku fisik memiliki banyak kelebihan. Contoh pertama datang dari aspek pemahaman seorang pembaca terhadap apa yang dibacanya.
Penelitian dari Altamura dkk. (2023) dalam publikasi ilmiah mereka yang berjudul “Do New Forms of Reading Pay Off? A Meta-Analysis on the Relationship Between Leisure Digital Reading Habits and Text Comprehension” menyatakan bahwa seseorang yang membaca menggunakan buku fisik 6 kali lebih paham daripada seseorang yang membaca menggunakan buku digital.
Selain itu, fokus terhadap bacaan juga meningkatkan sebab tanpa distraksi notifikasi atau aplikasi lainnya yang muncul di ponsel, tablet, hingga laptop. Tidak heran, banyak orang yang menganggap memperoleh ke-khusyuk-an saat membaca dengan buku fisik, termasuk saya.
Bagi saya pribadi, buku fisik menghadirkan kesan tersendiri saat memiliki atau pun membacanya. Buku fisik seringkali saya dapatkan dalam bentuk hadiah dari orang-orang terdekat atau bahkan kenang-kenangan dari suatu kegiatan. Nilai sentimentil ini yang jarang sekali dilirik oleh seseorang dan jarang bisa digantikan oleh buku digital atau buku digital.
Namun, yang namanya produk buatan manusia pasti tidak sempurna. Paling sederhana, buku fisik juga memiliki kekurangan dari sisi ketidakpraktisannya. Saya teringat saat masa-masa SMA. Setiap beberapa hari sekali, saya harus membawa buku-buku pelajaran tebal yang lebih kurang tebalnya 600 halaman. Rasanya berat sekali saat harus dibawa dalam tas.
Selain itu, kita tahu betul buku terdiri atas lembaran-lembaran kertas, dan lembaran kertas tersebut dibuat dari pohon. Artinya, semakin banyak buku fisik maka semakin banyak pohon yang harus ditebang. Meski dewasa ini sudah banyak perusahaan kertas yang melek akan hal ini, sehingga beberapa perusahaan mulai menanam pohon sendiri sebagai bahan baku pembuatan kertas.
Buku Digital sebagai Solusi Praktis
Di tengah era pemanfaatan teknologi digital yang berkembang pesat buku digital hadir menjawab kelemahan buku fisik, dan merevolusi dunia membaca. Cukup dengan satu perangkat kita bisa menyimpan ratusan atau bahkan ribuan judul buku.
Bagi orang yang suka bepergian tapi tidak ingin meninggalkan kebiasaan membaca, buku digital tentu saja pilihan yang sangat tepat. Tak perlu lagi menyimpan buku di dalam koper atau tas, cukup dengan ponsel dan dokumen buku digital sudah tersusun rapi, siap dibawa dan dibaca di mana dan kapan saja.
Selain kepraktisan, buku digital juga menawarkan kelebihan lain yang sangat menggiurkan yakni, harganya yang lebih terjangkau dibanding buku fisik. Musababnya, penerbit tak perlu mengeluarkan biaya besar untuk mencetak cover atau isi bukunya. Dengan begitu buku digital dapat dijual dengan harga lebih murah, tetapi tetap menguntungkan.
Kalau ditinjau dari sisi lingkungan, buku digital sudah barang tentu menang telak jika one by one dengan buku fisik. Hal ini karena buku digital tidak perlu melewati proses penebangan pohon atau proses lainnya terlebih dahulu guna membuat kertas.
Di sisi lain, sama hal nya dengan buku fisik, buku digital sudah barang tentu memiliki kekurangan. Salah satu hal yang saya rasa akan disetujui banyak orang adalah distraksi. Kegiatan membaca yang dilakukan lewat gawai ini niscaya akan menimbulkan distraksi, atau hal lain yang mengganggu, seperti notifikasi yang kerap datang tak diundang.
Sering kali, kepraktisan yang menjadi kelebihan justru menimbulkan masalah baru. Misalnya, kepraktisan membuat kita bisa membaca buku sambil tidur atau di saat gelap, walhasil kondisi kesehatan mata lambat laun akan terserang. Sinar biru yang muncul dari layar perangkat ponsel bisa menimbulkan kerabunan bila kita terlalu banyak terpapar.
Dewasa kini kekurangan tersebut memang mulai dibenahi, misal dengan hadirnya fitur jangan ganggu di ponsel atau perangkat khusus membaca buku digital seperti e-reader yang disinyalir punya keamanan layar yang lebih baik daripada layar ponsel. Akan tetapi, tetap saja hal tersebut perlu diperhatikan dan ditindaklanjuti dengan baik oleh para pembaca.
Mana yang Lebih Baik?
Sesuai perkataan saya di awal, keduanya baik. Tidak ada yang terlalu menonjol atau terlalu tersudutkan. Buku fisik ataupun buku digital punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing tergantung pada kebutuhan dan kondisi.
Bila kita ingin membaca buku dikala sedang travelling tentu buku digital dengan kepraktisannya akan lebih disarankan. Tetapi, bila ingin menikmati proses secara perlahan, membaca dengan khusyuk, maka sudah pasti pilihan sebaiknya tertuju pada buku fisik.
Intinya, kedua hal ini sama-sama baik, yang tidak baik itu adalah ketika kamu tidak mau membaca.
Referensi:
https://artsandculture.google.com/story/a-brief-history-of-books/OAXR-SPrQmOCew?hl=en
https://journals.sagepub.com/doi/10.3102/00346543231216463
Editor: Muhammad Farhan Azizi