Risalah Kehidupan
Mengintegrasi Urusan Duniawi dan Ukhrawi
Manusia yang terlahir di muka bumi ini adalah makhluk pilihan Allah mereka dipilih untuk memikul amanah besar, sebagaimana dijelaskan dalam firman-Nya pada QS. Al-Ahzab ayat 72.
اِنَّا عَرَضْنَا الْاَمَانَةَ عَلَى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَالْجِبَالِ فَاَبَيْنَ اَنْ يَّحْمِلْنَهَا وَاَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْاِنْسَانُۗ اِنَّهٗ كَانَ ظَلُوْمًا جَهُوْلًاۙ
Artinya: Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi, dan gunung-gunung; tetapi semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir tidak akan melaksanakannya. Lalu, dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya ia (manusia) sangat zalim lagi sangat bodoh.
QS. Al-Ahzab ayat 72
Manusia yang dipilih oleh Allah sebagai makhluk yang memikul amanah besar sungguh, risalah ini bukanlah perkara main-main untuk dijalankan. Tidak hanya itu, manusia memegang dua peran utama dalam kehidupannya: sebagai hamba Allah dan sebagai khalifah di bumi.
Dua amanah ini sama-sama berat ketika harus dipikul dan diaplikasikan secara nyata di muka bumi. Keduanya merupakan bentuk tanggung jawab moral, sosial, dan spiritual yang harus dijalani dengan kesadaran dan keikhlasan.
Kesadaran penuh dalam diri manusia sangat diperlukan agar dapat memaknai arti dari risalah kehidupan. Risalah ini tidak semata-mata berbicara soal tujuan dan keinginan pribadi, tetapi juga membawa pesan spiritual yang harus dijalani dengan keikhlasan dan kesungguhan hati.
Para nabi adalah pembawa risalah ilahi yang menjadi teladan agung bagi umat manusia. Mereka menghadapi berbagai ujian dan tantangan berat, namun tetap konsisten dalam menjalankan tugas suci tersebut. Seperti Nabi Muhammad SAW, yang memperlihatkan bahwa cinta, perjuangan, dan kesabaran adalah bagian dari risalah hidup yang mulia.
Dalam membawa amanah Allah SWT untuk menyebarkan agama Islam, beliau menghadapi cacian, makian, hinaan, perundungan, bahkan kekerasan fisik semuanya beliau hadapi dengan keteguhan dan kelapangan jiwa. Setiap individu sejatinya memiliki potensi dan peran unik yang bisa menjadi bagian dari risalah hidupnya.
Oleh karena itu, penting untuk mengenali panggilan jiwa, menyusun visi dan misi pribadi yang bernilai ibadah, serta mengintegrasikan seluruh aktivitas duniawi dengan tujuan akhirat. Dengan begitu, hidup akan terasa lebih bermakna dan memberikan dampak nyata bagi sesama.