Pendidikan Indonesia: Antara Fasilitas dan Pengembangan Sumber Daya Manusia

(Sumber: unsplash.com/@innasafa)
Pendidikan adalah fondasi utama yang mendukung pembangunan sebuah bangsa. Sejak kemerdekaan Indonesia, pendidikan telah menjadi salah satu prioritas utama dalam kebijakan pembangunan negara. Namun, di balik semua upaya untuk memperbaiki kualitas pendidikan, terdapat satu persoalan yang cukup menarik untuk diperhatikan: yaitu kecenderungan untuk lebih mengedepankan peningkatan fasilitas sarana dan prasarana pendidikan ketimbang pengembangan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), khususnya pendidik.
Fenomena ini tidak hanya terlihat dalam kebijakan yang bersifat makro, tetapi juga dalam kebijakan-kebijakan lokal yang diimplementasikan di berbagai tingkat pendidikan, dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi. Meskipun penting untuk meningkatkan fasilitas pendidikan sebagai bagian dari modernisasi dan untuk memfasilitasi pembelajaran yang lebih efektif, kenyataannya penguatan kualitas pendidikan seringkali terabaikan jika dibandingkan dengan perbaikan fasilitas fisik yang lebih nampak.
Investasi dalam sarana dan prasarana pendidikan memang bukan hal yang bisa dipandang sebelah mata. Infrastruktur pendidikan yang memadai seperti gedung yang layak, ruang kelas yang cukup, laboratorium yang lengkap, hingga akses teknologi yang memadai, tentu saja memberikan dampak positif terhadap pengalaman belajar. Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia memang telah berupaya untuk meningkatkan fasilitas pendidikan melalui berbagai program seperti Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Program-program ini bertujuan untuk memastikan bahwa setiap sekolah, terutama di daerah terpencil, memiliki fasilitas yang cukup untuk mendukung kegiatan belajar mengajar.
Namun, meskipun pencapaian dalam hal sarana dan prasarana pendidikan tidak bisa dipungkiri, ada satu hal yang kerap terlupakan dalam kebijakan ini: peningkatan kualitas pendidikan itu sendiri. Seiring dengan perbaikan fisik di berbagai sekolah, kualitas SDM pendidik justru sering kali terlambat mendapatkan perhatian yang sebanding.
Guru sebagai garda terdepan dalam dunia pendidikan memiliki peran yang sangat besar dalam kualitas pendidikan. Tanpa guru yang terlatih dan memiliki kompetensi yang baik, meskipun sarana prasarana pendidikan lengkap, proses pembelajaran tidak akan berjalan maksimal. Namun kenyataannya, banyak guru di Indonesia yang masih kekurangan pelatihan, baik dalam hal pedagogi maupun penguasaan materi.
Data dari Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan (BPSDMPK) menunjukkan bahwa hanya sekitar 30% guru di Indonesia yang memenuhi kualifikasi pendidikan yang sesuai dengan standar yang ditetapkan. Artinya, meskipun bangunan sekolah mungkin sudah canggih, tanpa didukung oleh tenaga pengajar yang berkualitas, pendidikan yang diterima siswa menjadi tidak optimal.
Selain itu, meskipun banyak program pelatihan dan sertifikasi guru yang telah diluncurkan oleh pemerintah, sering kali hal ini tidak didukung dengan mekanisme yang memadai untuk memastikan bahwa kualitas pengajaran yang diberikan oleh guru terus berkembang. Banyak guru yang setelah mengikuti pelatihan, tidak memiliki kesempatan untuk memperbaharui pengetahuannya atau mengaplikasikan ilmu yang didapatkan secara maksimal dalam kegiatan belajar mengajar sehari-hari. Oleh karena itu, pengembangan kualitas SDM pendidik seharusnya menjadi prioritas utama, karena keberhasilan pendidikan sangat tergantung pada siapa yang mengajarkan, bukan hanya pada fasilitas yang tersedia.
Salah satu alasan mengapa pemerintah lebih menekankan pada pengembangan fasilitas adalah karena hal ini lebih terlihat secara langsung. Pembangunan gedung sekolah baru, pemberian perangkat teknologi pendidikan, dan renovasi fasilitas umum sering kali menjadi sorotan utama di media. Hal ini memberi kesan bahwa pemerintah “berbuat banyak” untuk meningkatkan pendidikan, meskipun pada kenyataannya kualitas pendidikan itu sendiri tidak mengalami perbaikan yang signifikan.
Namun, penting untuk dicatat bahwa kualitas pendidikan tidak hanya diukur dari seberapa canggih fasilitas yang ada, tetapi juga dari kualitas interaksi antara pengajar dan siswa, serta bagaimana kurikulum dan metode pengajaran diterapkan dalam kehidupan nyata. Pendidik yang berkualitas mampu menyesuaikan materi pembelajaran dengan kebutuhan siswa dan membuat proses belajar menjadi lebih efektif. Sedangkan, fasilitas pendidikan yang bagus belum tentu menjamin siswa mendapatkan pengalaman belajar yang optimal jika guru tidak mampu memanfaatkan fasilitas tersebut dengan baik.
Beberapa studi menunjukkan bahwa kebijakan yang terlalu fokus pada sarana prasarana pendidikan tidak menghasilkan perubahan signifikan dalam kualitas pendidikan di Indonesia. Misalnya, sebuah artikel di Kompas (2019) menyebutkan bahwa meskipun pemerintah telah mengalokasikan dana yang cukup besar untuk perbaikan fasilitas pendidikan, seperti renovasi gedung dan penyediaan alat peraga pendidikan, kualitas pendidikan di banyak daerah masih terbilang rendah. Salah satu penyebabnya adalah tidak sebandingnya kualitas pengajaran yang diberikan oleh guru. Artikel ini mengutip survei yang menunjukkan bahwa banyak sekolah, terutama di daerah pedesaan, masih kekurangan guru dengan kualifikasi yang memadai.
Data lain yang diungkapkan oleh Tempo (2020) juga menyatakan bahwa meskipun Indonesia telah berinvestasi besar-besaran dalam pembangunan infrastruktur pendidikan, peringkat Indonesia dalam uji kemampuan internasional seperti PISA (Programme for International Student Assessment) masih jauh dari memuaskan. Salah satu faktor yang memengaruhi hasil ini adalah rendahnya kualitas pengajaran, yang lebih dipengaruhi oleh keterbatasan kompetensi guru dibandingkan oleh ketersediaan fasilitas fisik yang baik.
Untuk mencapai tujuan pendidikan yang berkualitas, seharusnya ada keseimbangan antara investasi dalam sarana prasarana dan pengembangan kualitas SDM pendidik. Pemerintah perlu merumuskan kebijakan yang lebih berpihak pada peningkatan kompetensi guru, dengan memberikan pelatihan yang berkelanjutan dan kesempatan untuk berkembang secara profesional. Salah satu langkah yang bisa diambil adalah memperkuat mekanisme evaluasi dan pengembangan karier guru, serta memastikan bahwa mereka mendapatkan penghargaan yang layak sesuai dengan kualitas pengajaran yang diberikan.
Selain itu, penting juga untuk mendorong kolaborasi antara pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Masyarakat, misalnya, bisa dilibatkan dalam mendukung peningkatan kualitas pengajaran, baik melalui program pelatihan atau pemberian umpan balik mengenai kualitas pendidikan yang ada di sekolah-sekolah.
Pendidikan yang Terlalu Fokus pada Fasilitas: Dampak Jangka Panjang
Sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia, Indonesia menghadapi tantangan besar dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Dengan berbagai program pembangunan yang dijalankan, fokus utama pemerintah dalam beberapa tahun terakhir adalah peningkatan sarana prasarana pendidikan. Program pembangunan fisik ini tentunya bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi belajar, mulai dari renovasi sekolah hingga penyediaan teknologi pembelajaran. Namun, apakah peningkatan fasilitas ini benar-benar efektif dalam meningkatkan kualitas pendidikan?
Studi dari The World Bank (2020) mengungkapkan bahwa meskipun Indonesia telah berhasil mengalokasikan dana besar untuk memperbaiki infrastruktur pendidikan, hasilnya tidak langsung berbanding lurus dengan peningkatan hasil belajar siswa. Beberapa sekolah, terutama di daerah terpencil, memang mendapat manfaat dari perbaikan gedung dan akses terhadap teknologi. Namun, pengajaran yang berkualitas tetap menjadi faktor penentu utama dalam mencapai tujuan pendidikan yang sesungguhnya. Dalam banyak kasus, meskipun fasilitas sekolah sudah lengkap, kualitas pengajaran yang diterima siswa tetap rendah karena keterbatasan kompetensi guru.
Pendidikan bukan hanya soal menyediakan ruang kelas yang nyaman atau perangkat teknologi canggih, tetapi lebih kepada bagaimana interaksi antara guru dan siswa terjadi dalam konteks pembelajaran. Dalam hal ini, investasi pada SDM pendidik jauh lebih berpengaruh terhadap peningkatan kualitas pendidikan jangka panjang dibandingkan dengan hanya berfokus pada fisik sekolah. Tanpa didukung oleh guru yang terlatih dengan baik dan memahami metodologi pengajaran yang efektif, fasilitas yang tersedia hanya akan menjadi sekadar hiasan yang tidak memberi dampak signifikan terhadap hasil belajar siswa.
Salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas pengajaran adalah melalui sertifikasi guru, yang bertujuan untuk menjamin bahwa setiap guru memiliki kualifikasi yang memadai. Namun, sertifikasi saja tidak cukup untuk mengubah kualitas pendidikan secara signifikan. Sebagaimana dilaporkan oleh Kompas (2020), banyak guru yang sudah bersertifikat, namun masih menghadapi kendala dalam mengaplikasikan teori yang mereka pelajari dalam praktek sehari-hari. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya kesempatan untuk pelatihan yang berkelanjutan dan evaluasi yang memadai mengenai cara mengajarkan materi secara efektif.
Sertifikasi guru memang penting, namun seharusnya diikuti dengan kesempatan pelatihan berkelanjutan yang lebih relevan dengan perkembangan zaman. Di dunia yang semakin digital dan terhubung, guru perlu dilatih untuk memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran, serta untuk menghadapi tantangan psikologis dan sosial yang mungkin dihadapi siswa. Program pelatihan yang hanya dilakukan secara periodik dan tidak diperbaharui secara berkala tidak akan cukup untuk meningkatkan kualitas pengajaran secara signifikan. Oleh karena itu, fokus pemerintah seharusnya tidak hanya pada pemberian sertifikat, tetapi juga pada peningkatan kapasitas dan keterampilan guru dalam mengajar secara efektif.
Kurikulum yang baik adalah salah satu aspek penting dalam kualitas pendidikan. Namun, meskipun kurikulum di Indonesia sudah cukup baik di atas kertas, tantangan terbesar adalah bagaimana kurikulum tersebut diimplementasikan di ruang kelas oleh para guru. Penekanan yang terlalu besar pada fasilitas dan infrastruktur tanpa didukung oleh pelatihan dan evaluasi pengajaran yang tepat tidak akan banyak membantu. Pendidikan yang baik harus melibatkan semua aspek—dari kurikulum, pengajaran, hingga keterampilan interpersonal yang dimiliki oleh pendidik.
Sebagai contoh, di beberapa daerah di Indonesia, kurikulum nasional yang mengedepankan pembelajaran berbasis kompetensi masih sering kali diterjemahkan dengan cara yang tidak sesuai dengan konteks lokal. Misalnya, kurikulum yang menekankan penguasaan teknologi terkadang tidak dapat dilaksanakan dengan baik karena guru di daerah tersebut tidak memiliki keterampilan yang memadai dalam hal teknologi. Dalam hal ini, pendekatan yang lebih kolaboratif antara pengembangan kurikulum, pelatihan guru, dan pembenahan sarana prasarana harus dijalankan secara bersamaan untuk menciptakan ekosistem pendidikan yang lebih holistik dan efisien.
Selain itu, pendidikan juga membutuhkan inovasi dalam metode pembelajaran yang lebih kreatif dan interaktif. Pendekatan yang terlalu terfokus pada penggunaan teknologi semata tanpa memperhatikan adaptasi pedagogis dari para guru justru bisa menciptakan kesenjangan antara fasilitas yang ada dan kemampuan pendidik dalam memanfaatkannya secara optimal.
Peningkatan fasilitas pendidikan di Indonesia memang belum merata. Meskipun kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya sering mendapat perhatian lebih dalam hal pembaruan fasilitas dan infrastruktur pendidikan, daerah-daerah terpencil justru sering tertinggal dalam hal ini. Laporan Bappenas (2021) menunjukkan bahwa ketimpangan ini tidak hanya terjadi dalam hal sarana prasarana, tetapi juga dalam kualitas pendidik. Di banyak daerah terpencil, kualifikasi dan kompetensi guru masih jauh di bawah standar nasional, meskipun fasilitas fisik sudah diperbaiki.
Masalah ini menunjukkan bahwa kebijakan yang hanya fokus pada pembangunan fisik tanpa memperhatikan kualitas SDM pendidik di daerah-daerah tersebut dapat berujung pada ketidakmerataan kualitas pendidikan. Oleh karena itu, kebijakan yang lebih menyeluruh dan terintegrasi antara fasilitas dan kualitas pengajaran sangat dibutuhkan. Peningkatan kualitas SDM pendidik di daerah terpencil harus menjadi prioritas utama untuk menciptakan kesetaraan dalam pendidikan.
Pendidikan yang berkualitas bukanlah hasil dari upaya satu pihak saja, melainkan sebuah kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, sekolah, dan pendidik. Oleh karena itu, sinergi antara peningkatan sarana prasarana dan pengembangan SDM pendidik perlu dikelola dengan bijak dan terencana. Pemerintah perlu mendengarkan masukan dari berbagai pihak terkait untuk merumuskan kebijakan yang lebih tepat sasaran, yang tidak hanya memfokuskan pada pembangunan fisik, tetapi juga pada penguatan kapasitas guru.
Salah satu langkah yang bisa diambil adalah dengan mendorong peningkatan kesejahteraan guru, yang pada gilirannya dapat meningkatkan motivasi mereka untuk mengajar dengan lebih baik. Selain itu, pemberian insentif kepada guru yang berprestasi dan terus berinovasi dalam pengajaran juga bisa menjadi cara untuk meningkatkan kualitas pendidikan secara keseluruhan.
Secara keseluruhan, pengembangan pendidikan Indonesia harus seimbang antara peningkatan fasilitas dan kualitas SDM pendidik. Dengan cara ini, setidaknya, Indonesia bisa mencapai tujuan pendidikan yang berkualitas dan merata bagi semua lapisan masyarakat, tanpa mengabaikan pentingnya peran guru sebagai elemen utama dalam mencetak generasi masa depan.
Menuju Pendidikan yang Seimbang dan Berkelanjutan
Pendidikan merupakan salah satu kunci utama dalam kemajuan suatu bangsa. Dalam konteks Indonesia, upaya pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan harus mencakup berbagai aspek yang saling berkaitan—terutama antara fasilitas dan kualitas sumber daya manusia (SDM), khususnya pendidik. Meskipun peningkatan fasilitas sarana dan prasarana pendidikan merupakan langkah penting, kebijakan pendidikan yang hanya fokus pada pembangunan fisik tanpa perhatian yang serius pada pengembangan kapasitas dan kualitas pendidik tidak akan menghasilkan dampak yang signifikan terhadap kualitas pendidikan secara keseluruhan.
Banyak sekolah di Indonesia, terutama di daerah-daerah terpencil, yang telah merasakan manfaat dari perbaikan infrastruktur dan fasilitas pendidikan. Namun, tanpa adanya peningkatan yang sebanding dalam kualitas pengajaran yang diberikan oleh guru, fasilitas-fasilitas tersebut hanya akan menjadi tempat yang tidak mampu mendorong perkembangan potensi siswa secara maksimal. Pendidik yang berkualitas, yang memiliki pemahaman pedagogis yang kuat serta mampu memanfaatkan teknologi dan metode pembelajaran terkini, adalah kunci utama dalam menciptakan pendidikan yang berkualitas.
Pemerintah perlu merancang kebijakan pendidikan yang lebih holistik dan terintegrasi, yang tidak hanya memperhatikan aspek fisik tetapi juga memperhatikan pengembangan kompetensi guru melalui pelatihan yang berkelanjutan dan penilaian yang objektif terhadap kinerja pengajaran. Penguatan kapasitas guru, baik dari segi akademik maupun penguasaan teknologi, sangat diperlukan untuk memastikan bahwa kualitas pendidikan di Indonesia tidak hanya terukur dari seberapa canggih fasilitas yang tersedia, tetapi juga dari seberapa efektif proses pembelajaran yang berlangsung di kelas.
Selain itu, kebijakan pendidikan harus memperhatikan kesenjangan antara daerah perkotaan dan pedesaan. Kualitas pendidikan di daerah-daerah terpencil sering kali lebih rendah, bukan hanya karena kurangnya fasilitas, tetapi juga karena keterbatasan kualitas guru. Oleh karena itu, perlu ada kebijakan yang menargetkan pengiriman guru yang berkualitas ke daerah-daerah terpencil dan memberikan insentif untuk menarik para guru terbaik untuk mengajar di sana.
Ke depan, Indonesia harus memastikan bahwa pendidikan yang diberikan tidak hanya mengedepankan pembangunan fisik sekolah, tetapi juga secara bersamaan memberikan perhatian yang besar pada pengembangan kualitas SDM pendidik. Dengan demikian Indonesia bisa menciptakan pendidikan yang seimbang dan berkelanjutan, yang akan melahirkan generasi yang siap menghadapi tantangan global.
Dengan pendekatan yang lebih komprehensif ini, Indonesia tidak hanya akan memiliki sekolah-sekolah dengan fasilitas yang memadai, tetapi juga tenaga pendidik yang berkualitas dan siap untuk memajukan pendidikan di Indonesia. Pendidikan yang berkualitas adalah investasi yang akan berdampak positif terhadap masa depan bangsa, bukan hanya dalam aspek akademik, tetapi juga dalam pengembangan karakter, keterampilan, dan pemikiran kritis generasi muda Indonesia.(*)
Semua kebijakan pasti ada konsekuensinya. Tinggal bagaimana eksekusinya. Apalagi soal pendidikan, yang menjadi prioritas tujuan bangsa ini!!!