Mengenang 7 Tahun Gempa Lombok 2018, Sudahkah Lombok Bangkit?

Bulan Juli dan Agustus tahun 2018 menjadi bulan yang paling bersejarah bagi warga di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Terlebih lagi pada tanggal 5 Agustus 2018. Tepat pada pukul 19.46 WITA, saat para warga sedang melaksanakan Sholat Isya dengan khusyuknya, guncangan gempa terasa. Gempa bermagnitudo 7.0 seketika membuat berbagai lini kehidupan di Pulau Lombok porak poranda. Warga di hampir seluruh bagian pulau diterpa ketakutan malam itu. Belum lagi, isu tsunami di sisi utara dan barat hingga gunung meletus di timur akibat kuatnya kekuatan gempa, membuat para warga banyak yang panik dan menganggapnya adalah akhir dari hidup mereka.
Dampak gempa lombok sangat terasa. Laporan BNPB menginformasikan, setidaknya terdapat 564 jiwa meninggal dunia. Hampir 400 ribu orang mengungsi dan sedikitnya 140 ribu bangunan rumah dan fasilitas umum lainnya mengalami kerusakan. Status darurat bencana dikeluarkan pemerintah pusat maupun daerah sebagai respon cepat dari kejadian ini.
Kini, 7 tahun pasca bencana besar itu berlalu, banyak hal telah berubah pada Pulau Lombok. Berbagai lini telah dibenahi, seperti infrastruktur, kesiapan warga, hingga pembangunan wilayah. Namun, dibalik seluruh perubahan tersebut, tersirat sebuah pertanyaan. Apakah Lombok benar-benar telah bangkit?
Penanganan dan Pemulihan Wilayah Pasca Bencana
Pasca bencana gempa bumi, pemerintah pusat maupun daerah turut menggulirkan berbagai program rekonstruksi dan rehabilitasi. Tujuannya tentu saja untuk melakukan pemulihan pasca bencana. Berbagai program rekonstruksi dan rehabilitasi dapat dibagi ke dalam 4 sektor utama, yakni ekonomi, sosial, pemukiman dan infrastruktur.
Menurut Bakti dan Nurmandi (2020) dalam publikasi ilmiah mereka yang berjudul “Pemulihan Pasca Bencana Gempa Bumi di Lombok Utara pada Tahun 2018” contoh program yang dilakukan untuk pemulihan sektor ekonomi adalah pembangunan pasar di beberapa daerah dengan dampak ekonomi serius, seperti Kabupaten Lombok Utara. Kemudian, pemberian santunan sebesar 2 juta rupiah kepada para pedagang usaha kecil. Selain itu pemerintah juga turut bekerja sama dengan para pihak swasta/non-pemerintah dalam memberikan pelatihan kepada pelaku usaha UMKM untuk mengelola dan meningkatkan nilai jual produk serta menciptakan Wira Usaha Baru (WUB) bagi masyarakat.
Beralih pada sektor sosial, pemerintah saat awal-awal proses pemulihan pasca bencana segera bertindak untuk mendirikan tenda-tenda darurat sebagai bangunan sekolah sementara, dengan demikian kegiatan pendidikan dapat terus berjalan. Selain itu, penanganan korban yang trauma juga ditindaklanjuti oleh pemerintahan. Pemberian trauma healing di kawasan pengungsian misalnya, dirasa cukup membantu dalam penanganan kondisi sosial khususnya mental para penduduk yang terdampak bencana.
Sektor pemukiman dan infrastruktur menjadi sektor yang paling krusial serta mendapat perhatian lebih. Sebab, segala fasilitas umum dan perumahan luluh lanta. Dalam pemulihan di sektor pemukiman, pemerintah menawarkan berbagai opsi rumah tahan gempa seperti Riko (rumah instan konvensional), Rika (rumah instan kayu), dan Risha (rumah instan sederhana sehat). Sementara itu, dalam sektor infrastuktur, pemerintah bersama pihak swasta turut melakukan perbaikan dan pembangunan kembali. Perbaikan maupun pembangunan kembali yang dilakukan meliputi perbaikan jalan, perbaikan akses jaringan air bersih, rumah ibadah, sekolah-sekolah, fasilitas pelayanan kesehatan, dan sebagainya.
Seluruh program rekonstruksi dan rehabilitasi yang dilakukan pemerintah maupun non-pemerintah ini menjadi bentuk keseriusan dalam penanganan dan pemulihan pasca bencana. Meski begitu dari berbagai pemberitaan dan fakta di lapangan, beberapa proyek maupun program masih belum secara cepat diselesaikan.
Lombok 7 Tahun Pasca Darurat Bencana
Jika kita kembali melihat kondisi Lombok 2018, tentu sudah berbeda jauh dengan kondisi saat ini, yakni 7 tahun pasca bencana. Keadaan Lombok sekarang terlihat lebih rapi. Berbagai infrastruktur, kegiatan ekonomi, soisal, maupun pemukiman terlihat sudah pulih bahkan tampak segar kembali. Sinergi pemerintah serta pihak swasta sepertinya telah membuahkan hasil yang baik.
Citra pariwisata pulau Lombok yang sempat tercoreng pasca bencana, kini telah kembali menampakkan pesonanya. Berbagai macam event atau pagelaran baik tingkat nasional maupun internasional tersaji di Pulau Lombok dalam kurun waktu 7 tahun pasca bencana ini. Pagelaran MotoGP misalnya, Indonesia melalui pulau Lombok menjadi tuan rumah untuk ajang balapan motor terprestisius di dunia ini, tepatnya di Sirkuit Mandalika yang berada di selatan Pulau Lombok. Mengutip dari postingan akun Instagram resmi Dinas Pariwisata Provinsi NTB, yakni @lomboksumbawa.go, selain ajang MotoGP, berbagai ajang balapan juga diselenggarakan di sirkuit ini, seperti Superbike dan GT World Challenge Asia . Selain itu, baru-baru ini pada tanggal 26 Juli – 1 Agustus 2025 event olahraga masyarakat terbesar di Indonesia, yakni Festival Olahraga Masyarakat Nasional ke-8 telah sukses diselenggarakan.
Berbagai pagelaran musik, seni, dan budaya juga turut hadir menghiasi wajah kebangkitan Lombok pasca bencana, seperti Bau Nyale, Alunan Budaya Desa Pringgasela Raya, dan Bejango Desa, dan lain sebagainya. Penyelenggaraan seluruh event ini menjadi saksi bagaimana Pulau Lombok terus berkembang dan bertumbuh meski sempat terhadang oleh kejadian bencana gempa bumi 2018. Aspek lain seperti ekonomi dan sosial juga tampak lebih baik seiring waktu dengan adanya kegiatan-kegiatan ini, ditambah infrastruktur yang juga terus dikembangkan. Berdasarkan dataset jumlah kunjungan wisatawan juga memperlihatkan pertumbuhan pengunjung yang signifikan per tahun, meskipun sempat rendah kembali akibat pandemi COVID-19.
Belajar dari Bencana Sebelumnya
Salah satu hikmah yang dapat diambil dari bencana gempa Lombok 2018 adalah meningkatnya kesadaran akan pentingnya mitigasi bencana. Pemerintah daerah secara aktif terus mengkaji risiko bencana yang ada di Pulau Lombok maupun Provinsi Nusa Tenggara Barat umumnya. Buku “Dokumen Kajian Risiko Bencana Provinsi Nusa Tenggara Barat 2022-2026” menjadi contoh dari keseriusan pemerintah dalam mempelajari bencana ke depan yang tidak hanya tentang gempa bumi, tetapi juga bencana lainnya agar tidak berdampak sangat merugikan seperti sebelumnya. Dalam buku tersebut berisi berbagai informasi mulai dari gambaran umum wilayah dan kebencanaan di Lombok, bagi dari geografis, geologis, hidrologis, klimatologis, tata guna lahan, hingga kecenderungan kejadian bencana yang didasari data kebencanaan tahun-tahun sebelumnya.
Berbagai instansi pendidikan seperti kampus dan LSM juga turut hadir dalam peningkatan kesadaran pentingnya mitigasi bencana. Program KKN Kebencanaan yang dilakukan oleh Universitas Mataram misalnya, yang gencar melakukan sosialisasi tanggap bencana di desa-desa yang ada di beberapa Kabupaten di Pulau Lombok. Contoh lain, Wardani dkk., (2023) menuliskan LSM Konsepsi yang hadir dalam membangun ketangguhan bencana yang inklusif bagi penyandang disabilitas di Kabupaten Lombok Utara.
Perlunya sinergitas antara pemerintah, akademisi, dan pihak swasta juga menjadi salah satu hikmah dari kejadian gempa Lombok 2018. Sinergitas ini diharapkan dapat membantu dalam membangun ketangguhan wilayah pada berbagai aspek. Kolaborasi semacam ini menjadi kunci untuk menjamin bahwa proses pemulihan bukan sekadar membangun fisik, tetapi juga membentuk ketahanan sosial dan psikologis masyarakat.
Kesimpulan
Tujuh tahun pasca gempa, Lombok memang telah banyak berubah. Berbagai infrastruktur telah dibangun kembali, aktivitas ekonomi dan sosial mulai pulih, citra pariwisata kelas dunia kembali, dan kesadaran akan pentingnya mitigasi bencana meningkat. Lombok memang terlihat sudah cukup bangkit pasca bencana dengan berbagai macam perubahan yang terjadi. Akan tetapi, pengawasan terhadap berbagai sektor yang menyangkut kebencanaan harus tetap dilakukan guna menciptakan sistem yang berkelanjutan. Bencana 2018 harus menjadi pelajaran berharga, bukan hanya bagi Lombok, tetapi juga bagi seluruh Indonesia yang rawan gempa. Bangkit dari bencana bukanlah proses instan, melainkan perjalanan panjang yang menuntut kesabaran, konsistensi, dan kolaborasi semua pihak.
Referensi:
- https://bnpb.go.id/berita/sinergi-dunia-usaha-dalam-mitigasi-bencana-refleksi-gempabumi-lombok-2018
- https://www.researchgate.net/publication/344089519_PEMULIHAN_PASCA_BENCANA_GEMPA_BUMI_DI_LOMBOK_UTARA_PADA_TAHUN_2018/fulltext/5f60b67f92851c078967daf2/PEMULIHAN-PASCA-BENCANA-GEMPA-BUMI-DI-LOMBOK-UTARA-PADA-TAHUN-2018.pdf
- https://www.instagram.com/lomboksumbawa.go/
- https://data.ntbprov.go.id/dataset/9e270f88-a604-4640-a4f0-24c996122b92/show
- https://siaga.ntbprov.go.id/storage/dokumen/23122024130043_Final%20Review%20KRB%20101224_Low.pdf
- https://jsmd.dikara.org/jsmd/article/view/23
- https://proceeding.unram.ac.id/index.php/Senmasosio/article/view/415/392