ADVERTISEMENT

Melawan Gelombang Instan: Meningkatkan Minat Baca Mahasiswa di Era AI dan TikTok

Tak bisa dipungkiri bahwa AI dan TikTok telah mengubah cara manusia, terutama mahasiswa, mengonsumsi informasi. Jika dahulu membaca adalah proses pelan dan penuh kontemplasi, kini informasi dikonsumsi dalam bentuk visual cepat, diselingi musik latar dan transisi dramatis. Generasi sekarang lebih akrab dengan scrolling daripada skimming, lebih nyaman dengan swipe daripada turning pages.

Lantas, bagaimana caranya meningkatkan kembali minat baca mahasiswa, tanpa serta-merta menolak zaman, melainkan menyiasatinya?

Hari ini kita hidup di tengah gelombang besar perubahan digital yang begitu cepat, liar, dan tidak selalu bisa dikendalikan. Mahasiswa zaman sekarang adalah generasi yang tumbuh dengan gawai di tangan dan akses tak terbatas ke konten instan: video berdurasi 30 detik, rekomendasi algoritma, dan jawaban instan dari mesin berbasis kecerdasan buatan. Di satu sisi, ini sebuah anugerah: teknologi memberikan kemudahan, efisiensi, dan akses tak terbatas ke sumber-sumber ilmu pengetahuan. Namun di sisi lain, ia membawa tantangan serius: menurunnya minat baca, terutama terhadap bacaan yang panjang, kritis, dan mendalam.

Bukan Malas Membaca, Tapi Sistem yang Tak Ramah Baca

Perlu diklarifikasi sejak awal bahwa rendahnya minat baca mahasiswa tidak bisa semata-mata dijelaskan dengan “kemalasan.” Banyak mahasiswa yang cerdas, kritis, dan punya rasa ingin tahu besar. Namun, mereka hidup dalam sistem dan kebudayaan yang tidak mendukung tradisi membaca.

Beberapa persoalan utama yang menjadi hambatan:

  1. Sistem pembelajaran yang masih tekstual tapi tidak kontekstual. Banyak dosen masih memberikan bacaan panjang tanpa memediasi isinya. Padahal mahasiswa butuh jembatan antara teks dan realitas.
  2. Budaya instan yang membentuk ekspektasi konsumsi cepat. Video TikTok mengajarkan bahwa segala sesuatu harus disampaikan dalam 60 detik. Otak kita dilatih untuk berpikir cepat, bukan berpikir dalam.
  3. Terlalu banyak distraksi digital. Mahasiswa harus membaca materi kuliah, tapi di saat bersamaan notifikasi dari Instagram, WhatsApp, YouTube Shorts, dan TikTok terus berdatangan. Bagaimana mungkin fokus terjaga?
  4. Kurangnya keteladanan dari dosen atau lingkungan akademik. Jika dosen sendiri tak menunjukkan antusiasme terhadap bacaan, bagaimana mahasiswa akan termotivasi?

Membaca Ulang Makna Membaca

Meningkatkan minat baca tidak bisa dilakukan hanya dengan kampanye moral seperti “Ayo Membaca!” atau “Membaca adalah Jendela Dunia!” Narasi seperti itu baik, tapi tidak cukup. Yang dibutuhkan adalah redefinisi makna membaca dalam konteks mahasiswa zaman sekarang.

Membaca bukan hanya soal menyerap informasi, tetapi mengalami ide-ide orang lain, berdebat dengan pikiran mereka, dan menyerap kedalaman waktu yang tertulis dalam teks. Membaca adalah cara untuk melawan kedangkalan berpikir. Ketika dunia menawarkan kesimpulan instan, membaca memaksa kita untuk bertanya dan mengelaborasi.

Membaca adalah bentuk perlawanan kultural terhadap kedangkalan algoritma.

Strategi Peningkatan Minat Baca Mahasiswa

1. Membumikan Bacaan Akademik

Buku dan jurnal sering kali dianggap “menakutkan” oleh mahasiswa karena dianggap terlalu kaku dan sulit. Di sinilah dosen dan pengajar harus hadir sebagai penyambung lidah antara teks dan realitas.

  • Buka ruang diskusi yang membedah bacaan dengan pendekatan naratif, bukan sekadar meringkas.
  • Kaitkan isi buku dengan fenomena kekinian. Misalnya, bahas Foucault dalam konteks konten viral, atau Marx dalam fenomena kapitalisasi platform digital.
  • Tawarkan reading guide dengan pertanyaan pemandu alih-alih menyuruh “baca halaman 1 sampai 100.”

2. Literasi Digital Kritis

Alih-alih mengutuk TikTok dan AI, mahasiswa perlu diajak memahami cara kerja algoritma, bagaimana bias informasi bekerja, serta bagaimana membedakan informasi yang valid dan palsu.

  • Kelas literasi digital kritis bisa menjadi cara untuk meningkatkan kesadaran mahasiswa bahwa bacaan mendalam adalah cara bertahan dari manipulasi algoritma.
  • Ajak mahasiswa membandingkan: hasil dari ChatGPT vs hasil dari riset literatur. Buat mereka menyadari bahwa AI hanyalah alat, bukan pengganti proses berpikir kritis.

3. Gunakan Media Sosial sebagai Sarana Literasi

Kita tidak bisa melawan media sosial. Maka, kita harus menyiasatinya.

  • Buat klub baca yang aktif di Instagram atau TikTok. Sajikan review buku dengan gaya kekinian tapi tetap substansial.
  • Dorong mahasiswa membuat konten edukatif dari hasil bacaan mereka, misalnya dalam bentuk booktokvideo essay, atau thread X (Twitter).
  • Lomba video “Satu Menit Menggoda Buku” bisa jadi cara unik mengajak mahasiswa membaca dan menyebarkan semangatnya.

4. Bangun Komunitas Membaca yang Hidup

Salah satu kekuatan besar dari gerakan literasi adalah komunitas. Membaca itu sulit jika dilakukan sendiri, tapi menyenangkan jika dilakukan bersama.

  • Dirikan klub baca kampus dengan format santai namun konsisten.
  • Adakan ngopi sambil baca, diskusi terbuka di kafe kampus, atau bedah buku dengan penulis langsung.
  • Kegiatan membaca harus dikemas seperti kegiatan sosial — menyenangkan, hangat, dan penuh dinamika.

5. Reformasi Kurikulum dan Evaluasi

Mahasiswa akan membaca jika bacaan dianggap penting. Saat dosen hanya menguji hafalan, mahasiswa tak akan tertarik menggali bacaan.

  • Beri tugas reflektif, bukan kuis pilihan ganda.
  • Izinkan mahasiswa menulis esai dari pengalaman membaca, bukan hanya merangkum isi buku.
  • Adakan journaling harian atau mingguan sebagai bentuk pencatatan proses membaca mereka.

6. Menghadirkan Tokoh-Tokoh Inspiratif

Sosok inspiratif bisa menjadi api penyulut semangat. Kampus harus mendatangkan penulis, jurnalis, sastrawan, atau pemikir publik yang bisa menyampaikan pentingnya membaca dalam kehidupan nyata.

  • Sesi Meet the Writer bisa mengubah persepsi mahasiswa tentang membaca.
  • Mendengar langsung proses menulis buku dari penulisnya bisa memberikan motivasi yang otentik.

AI dan TikTok Sebagai Kawan, Bukan Musuh

AI dan TikTok, sejauh ini, dianggap sebagai biang keladi menurunnya minat baca. Tapi, pandangan ini terlalu sempit. AI dan media sosial bisa menjadi sekutu, jika dimanfaatkan secara kreatif dan kritis.

  • Gunakan AI untuk summarizing bacaan sulit, tapi tetap ajarkan mahasiswa untuk membaca utuh jika ingin memahami makna secara kontekstual.
  • TikTok bisa menjadi media pancingan: sajikan kutipan menarik, pertanyaan provokatif dari buku, atau momen reflektif — lalu arahkan ke bacaan utuhnya.
  • AI juga bisa digunakan untuk membuat mindmap dari buku, menciptakan flashcard, atau kuis untuk meningkatkan pemahaman.

Dengan kata lain: AI mempercepat akses, tapi membaca memperdalam pemahaman. TikTok menyebarkan ide, tapi membaca mempertahankan kedalaman.

Membaca adalah Tindakan Politik dan Spiritual

Di tengah dunia yang cepat, membaca adalah tindakan lambat. Di tengah budaya instan, membaca adalah bentuk resistensi. Di tengah banjir informasi, membaca adalah pencarian makna.

Membaca adalah cara mahasiswa membebaskan diri dari ilusi. Karena dunia yang instan seringkali menyembunyikan kebenaran dalam kecepatan. Bacaan mengajarkan kesabaran, pemahaman, dan refleksi. Ia membuat mahasiswa tidak hanya tahu, tapi mengerti.

Membaca adalah laku spiritual — karena ia membuat kita lebih dekat dengan suara hati, waktu yang dalam, dan pemikiran orang lain.

Masa Depan Minat Baca Dimulai Sekarang

Jika kita ingin mahasiswa kembali membaca, maka kita perlu lebih dari sekadar perpustakaan dan daftar bacaan. Kita butuh ekosistem membaca — yang mendukung, memfasilitasi, dan memberi insentif terhadap praktik membaca yang nyata.

Kampus harus menjadi ruang di mana membaca dianggap keren. Di mana berdiskusi soal buku dianggap semenarik membahas serial Netflix. Di mana membaca bukan tugas, tapi kesenangan dan kebutuhan.

Masa depan peradaban tergantung pada generasi yang tidak hanya bisa melihat video viral, tetapi juga mampu membaca sejarah, filsafat, dan masa depan dengan kritis dan dalam.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Promo Spesial!

Iklan

Beriklan di sini. Diskon 50% hari ini!