Kenyataan pahit dalam hidup barang tentu bukan harapan setiap manusia. Namun, kejadian hari ini tumbuh dari benih tanaman masa lalu. Dan kompleksitas semacam ini tidak semestinya menyebabkan seseorang mengakhiri hidup.

Peraih nobel sastra ini, meski berprinsip bahwa hidup harus dilakukan dan untuk diri sendiri. Ia juga yakin, hidup bukanlah proses yang soliter. Hubungan antara orang tua dan anak misalnya mutlak menjadi hubungan antara hidup dan mati.

Namun, pada akhirnya hidup akan menjadi proses yang sangat soliter. Tidak seorangpun peduli kepada juru parkir, yang dulunya pernah bercita-cita menjadi Pegawai Negeri Sipil. Tidak satupun orang simpati pada penjahat, yang sebenarnya dulu bercita-cita jadi orang paling baik sedunia. Kesenjangan antara cita-cita dan kenyataan itu dipendam serta tetap dijalankan secara soliter.

Kenyataan pahit dalam hidup barang tentu bukan harapan setiap manusia. Namun, kejadian hari ini tumbuh dari benih tanaman masa lalu. Dan kompleksitas semacam ini tidak semestinya menyebabkan seseorang mengakhiri hidup.

Sekalipun pikiran dan kenyataan tidak pernah selaras, pilihan untuk tetap hidup adalah alasan manusia untuk memiliki ruang bebas dalam mewujudkan semua keinginannya. Jika hidup seorang manusia berakhir, maka ruang untuk mewujudkan semua keinginan itu tertutup.

Dalam sejarahnya, Camus hidup di keluarga yang amat sangat jarang mengenalkannya dengan apa yang disebut Tuhan. Manakala mendengar kabar kematian tetangga, tidak seperti orang pada umumnya; mengucapkan bela sungkawa. Nenek Camus justru berkata; “sayang sekali dia tidak bisa kentut lagi.”

Apa pesan tersirat dari ucapan sang nenek? Kematian menghentikan segalanya, membuat manusia tak bisa melakukan segala sesuatu. Semua aktivitas, tanpa terkecuali, terhenti seketika, saat hidup seseorang berakhir.

Banyak dari kita mungkin belum sadar, kita adalah alasan sekaligus sasaran bagi semua yang hidup. Kita sering menjadi dasar pertimbangan perumusan kebijakan Pemerintah. Alih-alih menyejahterakan, kebijakan itu tak pernah sampai. Terkadang, kita pun jadi alasan untuk memuluskan jalan kepentingan elit. Untuk itu, tetaplah hidup dan terus memberontak! 

Postingan Serupa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *