ADVERTISEMENT

Personal Branding vs Pencitraan: Apakah Kamu Autentik atau Hanya Pencitraan?

Setiap kali membuka media sosial, kita kerap disuguhi potret orang-orang yang berlomba-lomba menampilkan sisi terbaik mereka. Segalanya terlihat menyenangkan, keren, dan produktif seolah hidup mereka selalu sempurna.

Di dunia digital sekarang, siapapun bisa menjadi apa saja yang mereka inginkan. Namun, tak selalu apa yang kita lihat mencerminkan jati diri mereka yang sebenarnya.

Dalam dunia profesional, kita mengenal istilah personal branding. Sayangnya, banyak orang masih menyamakan personal branding dengan pencitraan. Padahal, keduanya punya makna yang berbeda.

Artikel ini akan mengulas perbedaan antara menjadi autentik dan sekadar membangun citra, serta mengapa konsistensi dalam personal branding itu penting. Jadi, simak sampai akhir, ya.

Perbedaan Personal Branding dan Pencitraan

Mari kita mulai dengan memahami apa itu personal branding. Secara sederhana, personal branding adalah cara untuk menonjolkan sisi unik dari diri kita, yang kemudian memengaruhi bagaimana orang lain menilainya.

Lalu, apa bedanya dengan pencitraan. Bukankah keduanya sama-sama menampilkan hal-hal menarik dari diri seseorang. Sekilas memang terlihat sama. Tapi ada perbedaan mendasar, sebenarnya.

Personal branding berasal dari nilai-nilai yang benar-benar melekat dalam dirimu, sesuatu yang memang kamu yakini, jalani, dan tampilkan secara konsisten. Kamu tidak sedang menciptakan “peran”, tapi memperkenalkan jati dirimu kepada publik.

Sementara pencitraan lebih berangkat dari keinginan untuk membentuk kesan tertentu di mata orang lain. Fokusnya adalah bagaimana terlihat mengesankan, bukan bagaimana menjadi autentik. Citra yang dibentuk biasanya disesuaikan dengan apa yang sedang tren atau diharapkan publik, bukan berdasarkan siapa kamu sebenarnya.

Masih bingung?
Misalnya, kamu memang suka membuat kue. Kamu sering membagikan foto kue buatanmu di media sosial, membuat konten resep, bahkan tetap membuat kue meskipun tidak diunggah.

Karena itu, orang-orang mengenalmu sebagai sosok yang ahli bikin kue. Nah, itu personal branding, karena lahir dari sesuatu yang memang kamu cintai dan kamu jalani.

Tapi kalau kamu sebenarnya tidak suka membuat kue, hanya berpura-pura suka supaya terlihat keren atau mengikuti tren, itu yang disebut pencitraan. Kamu hanya ingin dilihat sebagai seseorang yang jago membuat kue, meskipun dalam keseharianmu kamu bahkan jarang menyentuh dapur.

Intinya, personal branding lahir dari keaslian dan karena itu bisa konsisten tanpa terasa memaksa. Sebaliknya, pencitraan mudah runtuh karena dibangun hanya demi kesan, bukan kenyataan.

ADVERTISEMENT

Bahaya Fake Branding

Tapi, apakah itu berarti kita sama sekali tidak boleh melakukan pencitraan? Jawabannya tidak juga. Pencitraan sebenarnya tidak salah, selama tidak berlebihan hingga membuat kita kehilangan jati diri.

Masalahnya muncul saat kita mulai membangun fake branding dengan menampilkan citra yang sepenuhnya tidak mencerminkan siapa diri kita sebenarnya. Alih-alih menguntungkan, fake branding justru bisa jadi bumerang. Bukan hanya membuat kita merasa terasing dari diri sendiri, tapi juga bisa berdampak pada kesehatan mental dan hubungan sosial.

Berikut beberapa bahaya dari fake branding yang perlu kamu waspadai:

#1 Lupa Jati Diri Sendiri

Ketika kamu membangun branding yang palsu dan jauh dari dirimu yang sebenarnya, kamu bisa kehilangan arah. Kamu akan bingung membedakan mana yang benar-benar mencerminkan dirimu, dan mana yang hanya kamu ciptakan demi konten.

#2 Burnout

Ketika kamu membangun citra yang tidak sesuai dengan dirimu sendiri, kamu akan merasa terus-menerus dituntut untuk tampil sempurna. Bukannya berkembang, justru kamu bisa mengalami burnout karena energi habis untuk mempertahankan topeng, bukan untuk menjadi diri sendiri.

#3 Hubungan Kamu dengan Orang Lain Jadi Seperti Tidak Tulus

Orang lain mungkin tertarik denganmu, tapi hubungan yang terjalin terasa tidak tulus. Akibatnya, kamu bisa merasa kesepian, meskipun jumlah followers-mu di media sosial sangat banyak.

Bangun Citra yang Kuat Tanpa Kehilangan Jati Diri

Lalu bagaimana kita tetap bisa membangun citra yang kuat, menarik, tanpa fake branding. Ini dia beberapa hal yang perlu kamu ketahui:

#1 Kenali Diri Sendiri

Hal pertama yang perlu kamu lakukan adalah mengenali nilai-nilai yang ada dalam dirimu. Fokuslah pada apa yang kamu yakini, apa yang kamu sukai, apa yang penting bagimu, dan hal apa yang ingin kamu bagikan ke dunia.

Lalu, bagaimana cara menemukannya? Kamu bisa mulai dengan menggabungkan minat, gaya personal, dan hal-hal yang membuatmu nyaman. Misalnya, kamu sangat menyukai dunia tata rias. Kamu bisa membawa minat itu ke media sosial lewat konten seputar make-up, mulai dari tutorial, tips and trick, hingga review produk. Ingat, citra yang kuat lahir dari sesuatu yang unik dan dilakukan secara konsisten.

#2 Bangun Cerita, Bukan Persona

Setelah kamu mengenal dirimu, kamu bisa mulai membagikan perjalananmu, mulai dari alasan kenapa kamu menyukai sesuatu, hingga pengalaman yang sudah kamu lalui. Jangan ragu untuk menceritakan jatuh-bangunmu selama masih relevan, karena kejujuran justru membuat orang lebih terhubung dengan ceritamu.

Pilihlah platform yang paling membuatmu nyaman untuk berbagi, entah itu Instagram, TikTok, atau media lainnya. Yang penting, kamu bisa bercerita dengan cara yang sesuai dengan dirimu.

#3 Terus Berkembang

Personal branding itu tidak kaku, ia bersifat dinamis. Saat ini, tren di media sosial terus bermunculan dan silih berganti. Kamu boleh saja mengikuti tren, selama masih sejalan dengan minat dan nilai yang kamu yakini. Namun, yang perlu diingat adalah jangan sampai nilai yang melekat dalam dirimu hilang hanya demi terlihat relevan. Tetap jadi diri sendiri, meskipun dunia terus berubah.

Bagaimana, sudah lebih paham sekarang? Pada dasarnya, membangun personal branding yang kuat bukan tentang tampil sempurna di mata orang lain, tapi tentang menjadi dirimu sendiri.

Setiap orang diciptakan dengan keunikan masing-masing. Jadi, kamu tidak perlu memakai topeng atau berusaha menjadi seperti orang lain. Cukup jadi autentik dengan nilai, kejujuran, dan versi terbaik dari dirimu sendiri.


Editor: Andi Surianto

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Promo Spesial!

Iklan

Beriklan di sini. Diskon 50% hari ini!