ADVERTISEMENT

Polusi Cahaya yang Menutupi Keindahan Langit Malam Kota Besar Indonesia

Ilustrasi Populasi Cahaya
Ilustrasi Populasi Cahaya

Kalau berbicara mengenai langit malam, tentu yang ada di bayangan seseorang adalah keindahan titik-titik kecil bersinar yang berasal dari ribuan bahkan jutaan bintang yang jauh di sana. Namun, bagi jutaan penduduk kota-kota besar di Indonesia, pemandangan semacam itu hanyalah kenangan atau cerita dari pedesaan saja.

Pasalnya, kenampakan langit malam yang mereka saksikan tiap malam saat memandang langit hanyalah beberapa bintang yang bisa dihitung jari atau latar hitam polos saja. Penyebab mengapa banyak penduduk di kota-kota besar hanya melihat langit gelap kosong di malam hari tidak lain tidak bukan akibat adanya polusi cahaya.

Definisi dan Penyebab Polusi Cahaya

Skandali, dkk. (2024), dalam publikasi ilmiahnya yang berjudul “Light pollution: Definition, Consequences, Human Knowledge, and Disclosure Strategies”, mengartikan polusi cahaya sebagai pencahayaan buatan yang berlebihan dan tidak tepat sasaran. Beberapa contoh cahaya buatan yang dimaksud adalah cahaya dari lampu jalan, papan reklame, layar-layar besar di luar gedung yang menampilkan iklan.

Selain itu, cahaya-cahaya lampu luar dari rumah-rumah juga dapat menjadi satu sumber dari polusi cahaya. Cahaya-cahaya dari sumber tersebut menyinari langit dan memantul di atmosfer, sehingga langit malam tidak lagi gelap. Akibatnya, cahaya-cahaya kecil dari bintang yang bersinar kalah saing dan tertutup.

The International Dark Sky Association dalam laman resminya, membagi polusi cahaya ke dalam empat komponen. Pertama, yang berarti kecerahan berlebihan yang dapat menimbulkan ketidaknyamanan visual. Kedua, sky glow yang berarti pencerahan langit malam di atas kawasan permukiman. Ketiga, light trespass yang berarti cahaya yang jatuh atau menyinari tempat yang tidak diperlukan. Terakhir, clutter yang berarti sekumpulan cahaya terang berlebihan yang membingungkan.

Polosnya Langit Malam Kota-Kota Besar di Indonesia

Kondisi kota-kota besar di Indonesia, seperti Jakarta, Bandung, Medan, dan Surabaya yang penuh akan papan iklan dan reklame yang bercahaya tentu menjadi alasan mengapa istilah “langit malam bertabur bintang” terlihat tidak realistis. Terlebih lagi permukiman penduduk yang padat menambah kesan langit malam memanglah polos atau sedikit bintang. Mengacu pada data penyebaran polusi cahaya yang dapat diakses melalui lightpollutionmap.info, kota-kota besar di Indonesia memiliki tingkat polusi cahaya sedang hingga tinggi.

Kondisi langit malam yang penuh polusi cahaya ini juga seringkali menyulitkan para peneliti hingga penggiat astronomi di kota-kota besar tersebut. Sebagai contoh, Tim Observatorium Ilmu Falak Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (OIF UMSU) menyatakan bahwa polusi cahaya di kota Medan termasuk mencemaskan karena hanya dapat melihat beberapa bintang saja, yakni bintang-bintang besar dengan cahaya yang terang. Sedangkan bintang-bintang yang kecil dan redup sangat sulit terlihat.

Peneliti dari ITERA dan ITB, yakni Prastyo dan Herdiwijaya (2018) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Dinamika Polusi Cahaya di Sekitar Observatorium Bosscha Berdasarkan Citra Satelit VIIRS-DNB” menemukan bahwa Kota Bandung yang berada di selatan Observatorium Bosscha memiliki tingkat polusi cahaya sedang dan tinggi. Hal ini menimbulkan kesimpulan bahwa langit malam di arah tersebut relatif sudah tidak ideal lagi untuk pengamatan objek-objek astronomi.

Belajar dari Tucson, Kota Besar dengan Langit Malam Bertabur Bintang

Tucson yang merupakan kota terbesar kedua di Arizona, Amerika Serikat patut dicontoh oleh kota-kota besar di dunia termasuk Indonesia. Pasalnya kota ini menjadi kota nyata yang melindungi keindahan langit malam. Menurut The International Dark Sky Association dalam laman resminya, pemerintah kota Tucson memiliki komitmen yang kuat terhadap praktik pencahayaan yang dapat melindungi langit malam.

Komitmen pemerintah Tucson terlihat dalam kebijakan pencahayaan luar ruangan yang kemudian diterapkan sejak 2012. Kebijakan tersebut mewajibkan pencahayaan yang sepenuhnya terlindung dan menetapkan batasan total cahaya yang dihasilkan pada malam hari, terutama di area-area yang dekat dengan alam atau situs-situs pengamatan astronomi, seperti Observatorium.

Penutup

Melihat langit malam bertabur bintang kini menjadi hal yang langka bagi penduduk di kota-kota besar Indonesia. Jika polusi cahaya terus dibiarkan, generasi mendatang mungkin tak lagi dapat mengenal atau menikmati keindahan langit malam. Sudah saatnya kita lebih bijak menggunakan cahaya-cahaya buatan, agar bintang-bintang bisa kembali terlihat dari kota tempat kita tinggal.

Referensi :

1. https://www.e3s-conferences.org/articles/e3sconf/pdf/2024/115/e3sconf_iced2024_09008.pdf

2. https://darksky.org/resources/what-is-light-pollution/

3. https://www.lightpollutionmap.info/

4. https://oif.umsu.ac.id/2017/12/tingkat-polusi-cahaya-di-kota-medan-mencemaskan/

5. https://www.researchgate.net/publication/327384914_Analisis_Dinamika_Polusi_Cahaya_di_Sekitar_Observatorium_Bosscha_Berdasarkan_Citra_Satelit_VIIRS-DNB

6. NIGHTS OVER TUCSON: How the Tucson, Arizona, LED Conversion Improved the Quality of the Night

One Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Promo Spesial!

Iklan

Beriklan di sini. Diskon 50% hari ini!