Kita kenal sosok Abdurrahman wahid dengan gus dur, ia adalah tokoh nahdatul ulama yang sangat berpengaruh. Selain gus dur adalah cucu dari KH Hasyim Asy’ari pendiri jamiyyah nahdatu ulama kita kenal beliau adalah kyai yang sangat karis matik. Gus dur menjadi presiden yang ke 4 bagi republik ini. Ada beberapa alasan mengapa gus dur naik menjadi presiden republik Indonesia, yang tau persis adalah gus dur itu sendiri yang jelas gus dur menjadi presiden tidak mengejak kekuasaan atau harta. Karena rekam jejak gus dur di media sosial dapat kita lihat perubahan yang lebih baik dari kepemimpinan sebelum-sebelumya. Materi yang saya dapatkan di Pendidikan kader penggerak NU dan selama mengikuti instruktur PKP dapat melihat progresif tentang tatanan Indonesia waktu zaman beliau.
Di era gus dur ketika memimpin bangsa ini dari golongan minoritas sangat diayomi sebut saja tionghoa yang dulunya tidak diperhatikan. Di zaman gus dur yang sangat di kenal dengan bapak prualisme dikenal hingga saat ini. Tidak hanya sebagai tokoh Indomesia semata, ia juga tokoh Indonesia yang sangat berpengaruh. Bahkan disebut sebagai bapak bangsa, kata-kata yang sangat saya ingat adalah “Indonesia ada karena keberagaman”. Indonesia dengan banyak pulau, suku, bahasa, rasa gus dur hadir tidak menganak tirikan siapapun atau menganak emaskan satu golongan. Gus dur dapat berdiri ditengah-tengah semua golongan hingga semua golongan merasakan kehadirannya gus dur. Bahkan jaringan gus durian mencoba mengaplikasikan pemikiran-pemikiran yang pernah di gagas oleh gus dur tentang keberagaman.
Seminar-seminar, dialog interaktif, kajian dilaksanakan lintas agama yang mana membicarakan kebersamaan spirit persatuan keindonesiaan. Tidak ada diskriminasi satu kelompok ataupun mengunggulkan satu agama semata. Tokoh Indonesia harusnya belajar banyak sosok gus dur dengan kiprah, kebermanfaatan bahkan tokoh inspirasi generasi muda selanjutnya. Memiliki pemikiran yang moderat semua kaum yang ada di Indonesia, bahkan tidak hanya orang muslim yang merayakan kelahiran ataupun hari perginya gus dur, ummat agama tionghoa atau cina pun ada yang merayakan hari istimewa. Indonesia yang memiliki macam- macam menjadi basic massa pergerakan yang menjadi suatu gerakan dalam mewujudkan kesejahteraan bersama. Sosok gus dur dengan konsep pluarisme mencoba mengkonteksasikan antara adanya pluralitas dan kemajemukan beragama, bernegara dan bermasyarakat menjadi representasi dari perpaduan keislaman, keindonesiaan, dan kemanusiaan,
Kedalaman keilmuan dan pemahaman terhadap hakikat kehidupan sebagai seorang pemimpin yang berkarisma serta menjadi tokoh pembaharu. Gus dur dimasa menjabat sebagai presiden ke 4 mencabut Instruksi Presiden (Inpres) nomor 14 tahun 1967 tentang agama dan adat istiadat tionghoa dimana membuka kran kebebasan dalam kemerdekaan segenap etnis tionghoa di Indonesia untuk
merayakan tahun baru imlek. Pada masanya pun Indonesia memiliki 6 keyakinan dengan tambahan konghucu selain yang sudah ada yaitu Islam, Kristen protestan, Kristen katolik, hindu, buddha. Tidak mudah tantangan yang menjadi konsekuensi dari sikap moderat Gus Dur ini, tentu tidaklah ringan. Dia harus menghadapi hujatan dan tuduhan-tuduhan sesat dari berbagai kalangan. Terutama dari kelompok Muslim Konservatif. Namun, tokoh yang lahir dengan nama Abdurrahman ad- Dakhil ini adalah contoh sosok yang konsisten terhadap pemikiran dan perbuatannya.
Abdurrahman Wahid dengan konsep pluralismenya dimaknai dengan pengakuan terhadap kaum minoritas dengan tetap mengayomi semuaa golongan tanpa mendiskriminasi golongan yang ada. KH. Abdurrahman Wahid adalah sosok yang kukuh mendukung kemerdekaan setiap individu untuk dapat menentukan pilihan dan pendiriannya sebagai seorang warga Negara yang sadar dan sekaligus menghormati perbedaan dan kemajemukan Indonesia. Dengan ini sosok gus dur merupakan contoh kepedulian antar sesama, setanah air, tentang kemanusiaan dan kita sebagai generasi muda mampu mengambil nilai-niai yang gus dur gagas diantaranya ketauhidan, kemanusiaan, keadilan, kesetaraan, pembebasan, kesederhaan, persaudaraan, kesatriaan, kearifan tradisi.