ADVERTISEMENT

Mengebiri Nurani

Mengebiri Nurani
Ilustrasi Mengebiri Nurani

Kita lahir dari sunyi
dipelihara oleh takut,
diajari tersenyum meski getir
merambati lidah.

Di meja makan,
kita menelan sopan santun
bersama kebohongan, dan
menamai kepatuhan sebagai kebajikan.

Di televisi,
wajah-wajah menjual kebenaran
seperti promosi sabun,
setiap janji disetrika
agar tampak rapi,
setiap dusta dibungkus
dengan pita belas kasihan.

Dan kita—
penonton yang patuh—
tepuk tangan dalam hening.

Nurani, yang dulu bening
seperti embun di daun kelor,
kini disunat oleh logika pasar
dan protokol kepentingan.

Kita mengebiri nurani sendiri,
demi disebut modern,
demi dianggap beradab.

Lihatlah,
betapa lembut
cara dunia berbohong:
ia tak lagi menampar,
ia hanya menidurkan kita dengan nyanyian algoritma.

Kita pun tertidur nyenyak,
menyebut mati rasa
sebagai bentuk ketenangan. 

Dan ketika pagi datang
membawa cahaya,
kita memalingkan wajah,
sebab silau mengingatkan kita
pada dosa yang belum sempat disesali.


Editor: Farhan Azizi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *