Kamu hobi baca buku? Asyik banget kalau iya. Soalnya, membaca itu bukan cuma cara mengisi waktu, tapi juga bikin pikiran lebih luas. Bedanya dengan hobi lain, membaca memberi kita bekal untuk ngobrol, berdiskusi, bahkan menulis. Orang yang rajin membaca biasanya lebih luwes dalam pergaulan, karena selalu punya bahan obrolan baru.

Menariknya, hobi membaca juga bisa jadi jalan menuju dunia kepenulisan. Kenapa? Karena pembaca terbiasa melihat bagaimana sebuah ide dirangkai, bagaimana bahasa disusun, dan bagaimana tulisan dibuat agar enak dipahami. Dengan kata lain, sebelum jadi penulis, jadilah pembaca yang rakus.

Tapi ada masalah klasik: tidak semua buku itu menarik. Ada yang cover-nya keren tapi isinya bikin ngantuk. Ada juga buku sederhana tapi isinya justru berbobot. Nah, supaya tidak salah pilih, kita bisa mengandalkan tiga cara: resume, resensi, dan review.

Sayangnya, banyak orang masih bingung bedain tiga istilah ini. Ada yang mengira sama, padahal jelas berbeda. Yuk, kita bahas satu per satu.

Resume Buku

Kalau kamu pernah meringkas isi buku, sebenarnya kamu sudah bikin resume. Resume itu ringkasan sederhana dari sebuah buku, yang hanya mengambil inti-inti pentingnya. Jadi, jangan campurkan dengan pendapat pribadi. Resume murni menyampaikan isi buku, bukan opini kita.

Tujuan resume:
Supaya kita bisa menangkap inti bacaan tanpa harus mengulang semua detail. Misalnya, bab pertama ngomongin latar belakang, bab kedua bahas konsep, dan seterusnya. Semua disarikan, singkat, padat, jelas.

Tips membuat resume:
Siapkan buku atau bahan bacaan yang mau diringkas.
Gunakan alat tulis (atau aplikasi catatan) untuk mencatat poin penting.
Fokus pada gagasan utama tiap bab.

Setelah selesai, baca ulang agar ringkasan mengalir dan tidak bertele-tele.

Resensi Buku

Kalau resume cuma meringkas, resensi beda lagi. Kata “resensi” berasal dari bahasa Latin recensere, artinya menimbang atau mengulas kembali. Jadi, resensi bukan hanya menyajikan isi, tapi juga menilai: apa kelebihannya, apa kekurangannya, dan bagaimana kualitas buku tersebut.

Dalam resensi, kita boleh berpendapat, memberi komentar, bahkan kritik dan saran. Tapi ingat, penilaian harus tetap objektif, tidak sekadar suka atau tidak suka.

Tujuan resensi:
Memberi gambaran apakah sebuah buku layak dibaca.
Menggali isi dan pesan utama buku.
Jadi bahan diskusi dan perbandingan.
Membantu promosi buku (kalau bagus).
Memberi masukan bagi penulis buku.

Tips membuat resensi:
Kenali dulu bukunya: tema, genre, penerbit, tebal halaman, dll.
Baca bukunya sampai selesai, jangan hanya sinopsis.
Tandai bagian penting atau menarik.
Buat sinopsis singkat sebagai dasar ulasan.
Berikan penilaian: apa yang bagus, apa yang kurang, apa yang bisa ditingkatkan.

Contoh dan Unsur Resensi Buku
Judul Resensi: “Sindiran Keras bagi Para Politikus”
Identitas Buku:
Judul Buku: Keadaban Politik: Membincang Kekuasaan, Merawat Kewarasan
Penulis: Luthfi J. Kurniawan
Penerbit: Intrans Publishing, Malang
Cetakan: Pertama, 2021
Tebal: 168 halaman
ISBN: 978-623-6709-06-1
Peresensi: Ahmad Fatoni, Pengajar Fakultas Agama Islam UMM

Sinopis Buku
Pertengkaran pada kontestasi politik yang terjadi di negeri ini lebih banyak mengusung politik identitas dan politik kebencian, bukan politik gagasan. Itu sebabnya, penulis dalam buku ini menyerukan agar tetap mengedepankan adab politik dan menggunakan akal sehat demi merawat kewarasan di tengah kecamuk perpolitikan nasional.

Resensi Buku
Buku ini menghadirkan sindiran keras terhadap penguasa negeri yang lucu-lucu bukan karena lawakan yang menyegarkan. Namun, disebabkan akal sehat mereka tertutup oleh aneka perilaku ketidakwarasan. Penulis seolah ingin mengajak siapa pun untuk menertawakan, meskipun terasa getir, kondisi negeri ini akibat pemimpin-pemimpin yang berulah aneh itu.

Situasi menjadi semakin rumit dengan adanya perselingkuhan busuk para elite politik dan pemodal yang memiliki kepentingan pribadi demi mengeruk basis sosial maupun ekonomi. Hal inilah, tulis Luthfi J. Kurniawan, yang menjadi faktor utama tumbuh suburnya praktik korupsi yang menyengsarakan masyarakat.

Kelebihan Buku
Buku yang sekujur halamannya didominasi oleh gaya bahasa satire ini cukup berhasil mewakili gejolak batin masyarakat yang selama ini hanya berteriak dalam diam. Penulis mampu menohok kesadaran publik bahwa negara ini bisa porak-poranda jika masih diurus para politikus dengan cara-cara serampangan.

Kekurangan Buku
Buku ini ditulis dengan huruf berukuran kecil-kecil dan terkesan uyel-uyelan. Padahal isinya cukup berat dan tentu saja akan menguras banyak tenaga dan pikiran. Agak merepotkan bagi pembaca seumuran saya yang rata-rata harus dibantu dengan kaca mata khusus membaca. (Sumber: Jawa Pos, 29 Agustus 2021)

Review Buku

Nah, kalau review, ini lebih bebas. Review adalah gabungan antara ringkasan isi dengan opini pribadi. Bedanya dengan resensi, review biasanya lebih singkat, subjektif, dan ditulis dengan gaya yang lebih cair.

Misalnya, kamu habis baca novel populer. Kamu bisa bikin review dengan menceritakan isi ceritanya secara singkat, lalu menambahkan pendapat: bagian mana yang seru, bagian mana yang bikin bosan, dan siapa saja yang cocok membaca buku ini.

Tujuan review:
Membantu calon pembaca memutuskan apakah mereka ingin membaca atau membeli buku tersebut.

Tips membuat review:
Ceritakan isi buku secara singkat.
Bagikan apa yang kamu suka dan tidak suka.
Berikan rekomendasi: siapa yang sebaiknya membaca buku itu.

Jadi, jelas ya bedanya? Resume itu murni ringkasan, resensi adalah ulasan kritis plus penilaian, sementara review lebih personal dan subjektif.

Ketiganya sama-sama bermanfaat, baik untuk penulis maupun pembaca. Dengan rajin menulis resume, resensi, atau review, kita bukan hanya melatih keterampilan menulis, tapi juga melatih diri untuk jadi pembaca yang lebih kritis. Dan, siapa tahu, dari situ kamu jadi penulis buku berikutnya.(*)

Editor: Muhammad Farhan Azizi