Risalah Kehidupan

Kehidupan tak lepas dari kematian itulah akhir dari perjalanan panjang di dunia ini. Setiap risalah hidup pun akan berakhir pada waktunya. Maka dari itu, yang terpenting adalah apa yang kita tinggalkan: amal jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan keteladanan hidup.

Menyiapkan diri untuk husnul khatimah adalah bagian penting dari menyempurnakan risalah kehidupan. Agar kelak, ketika dimintai pertanggungjawaban di akhirat, kita mampu mempertanggungjawabkan segala sesuatu dengan penuh keberanian dan ketulusan.

Pertanggungjawaban itu merupakan hasil dari semua perbuatan yang kita lakukan termasuk apa-apa yang orang lain tidak tahu. Di hadapan persidangan akhirat, semuanya akan jelas, dan semua akan mengerti. Pada hakikatnya, gambaran akhirat itu sudah tampak dari kehidupan dunia.

Akhirat adalah perpanjangan dari dunia itu sendiri. Apa yang kita lakukan di dunia, baik ataupun buruk, akan mendapatkan balasannya. Kebaikan akan mendapatkan kenikmatan, dan keburukan akan mendapatkan siksa. Segala kebaikan yang kita lakukan di dunia sejatinya adalah cerminan dari nikmat akhirat yang akan kita rasakan kelak.

Oleh karena itu, dunia ini adalah ladang bagi manusia setiap insan memiliki fitrah alamiah yang telah dititipkan Tuhan untuk digali dan dimaksimalkan. Fitrah itu harus diolah agar memberi dampak baik kepada sesama manusia, agar kita menjadi insan yang bermanfaat seperti hadits:

خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ

Artinya: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat untuk orang lain.”

(HR Ath-Thabari)

Misi hidup yang suci ini merupakan tanggung jawab yang sangat fitrah bagi setiap manusia. Namun sayangnya, banyak manusia tidak menyadari fitrah tersebut dalam dirinya.

Padahal, meski hanya satu kebaikan kecil yang dilakukan secara terus-menerus, maka percayalah kebaikan itu akan tumbuh dan berkembang menjadi pahala yang jauh lebih besar di akhirat kelak.

Banyak manusia lalai dan tidak sadar akan makna serta maksud dari setiap kejadian yang terjadi di muka bumi ini. Padahal, setiap peristiwa sejatinya adalah pelajaran yang Tuhan hadirkan.

Maka dari itu, manusia harus mampu menemukan dan menangkap pelajaran-pelajaran yang Allah titipkan dalam setiap kejadian hidupnya. Dengan kesadaran ini, ia tidak akan mengalami disorientasi dalam menjalani kehidupan, dan akan mampu menapaki hidup dengan makna serta pemaknaan yang utuh.

Postingan Serupa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *