Manusia adalah kumpulan doa-doa yang ia tanam, banyak manusia yang lupa bahkan enggan berdoa. Berdoa adalah serpihan harapan-harapan yang manusia haturkan kepada haribaan tuhan. Manusia hanya hamba yang tak punya daya dan upaya untuk mewujudkan sesuatu dan menciptakan sesuatu. Oleh karena itu, manusia hanya bisa berharap dan berikhtiar sebaik mungkin atas apa yang diinginkannya, dengan penuh kesungguhan dan kemantapan jiwa. Manusia adalah serpihan dari apa yang sebelumnya tidak pernah bertemu lalu dipertemukan dan dibentuk sedemikian rupa agar ia mampu bersyukur atas karunia tuhan yang indah ia berikan.
Manusia meminta bukan hanya soal hal keinginan semata apapun yang manusia minta akan tuhan kabulkan sesuai janjinya akan tetapi kebanyakan orang tidak sabar dan tidak mau menunggu atas apa yang akan tuhan berikan. Sadarilah tuhan menyiapkan kado-kado indah yang tuhan berikan dengan penuh kesungguhan. Tuhan punya cara lain dari kehendaknya untuk mengabulkan apa yang manusia minta, walaupun bentuknya tidak sama dengan apa yang kita minta sadarlah itu yang terbaik menurut tuhan dan yang pantas. Usaha kita adalah titik tolak yang harus kita bentangkan sehingga menjadikan manusia tidak hanya berpangku tangan meminta serta berharapan semata, membumikan usaha adalah salah satu cara yang tuhan ajarkan sehingga manusia tidak kufur atas apa yang ia lakukan.
Dari sana manusia harus sadar bahwa ia makhluk yang perlu bersandar dan mengerti bahwa ia adalah makhluk pilihan dari semua makhluk. Diciptakan dengan penuh kesempurnaan, diciptakan untuk memberikan manfaat. Setiap seseorang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing untuk membedakan mana makhluk dan mana malaikat sehingga ia tidak takabur. Doa bukan sekadar permintaan, melainkan bentuk harapan tulus yang naik ke langit, tanda bahwa manusia percaya pada kekuatan Tuhan. Manusia yang terus berdoa berarti sedang memupuk keyakinan atas kekuasaan-Nya. Hidup kita adalah hasil dari doa-doa baik dari diri sendiri, orang tua, maupun orang lain yang Tuhan kabulkan dalam bentuk yang tak selalu kita sadari. Setiap doa yang kita persembahkan walaupun untuk orang lain pada hakikatnya itu pun kembali pada diri kita, tanpa kita sadari doa itu kembali pada diri kita.
Tak semua doa dijawab sesuai harapan kita, tetapi pasti dikabulkan dengan cara terbaik menurut-Nya. Banyak yang kecewa bukan karena doa tak dijawab, melainkan karena kurang sabar menunggu waktu terbaik dari Tuhan. Ia lalai, bahkan lupa kepada Tuhan yang senantiasa mengingatnya. Pada waktu itu pun, Tuhan masih menunjukkan belas kasih-Nya kepada kita dengan terus memberikan napas, rasa senang, dan ketenangan. Namun karena ketidaksabaran kita terhadap kuasa-Nya, Tuhan pun menghadirkan rasa gelisah, ketidaksabaran, tuntutan, dan keluh kesah. Pada hakikatnya rasa-rasa yang tidak kita inginkan adalah karena rasa yang kita buat-buat sendiri karena kurangnya rasa sabar.
Berdoa tanpa berusaha adalah bentuk pengingkaran terhadap sunnatullah; Tuhan mencintai hamba yang bergerak. Dengan berdoa, manusia menyadari kelemahan dirinya dan meletakkan harapannya hanya kepada Tuhan, bukan kepada makhluk. Demikianlah adanya manusia: dengan ketetapan hati, ketidakstabilan jiwa, bahkan kegelisahan yang dapat membuat kita merasa, hancur, dan menjauh. Seharusnya kita mengolahnya dengan rasa syukur yang melimpah, agar kita mampu menerima apa yang Tuhan berikan selama ini dengan sepenuh hati. Ketika lisan tak sanggup berkata, hati yang bersyukur adalah doa yang paling dalam dan paling tulus.