ADVERTISEMENT

Katabasis karya R.F. Kuang – Turun ke Neraka Dunia Akademia

Semakin dalam dunia akademia pernah menghancurkan hati Anda, semakin Anda akan menikmati novel terbaru R.F. Kuang ini. Katabasis memahami betul pahitnya hidup sebagai mahasiswa pascasarjana: berburu dana penelitian yang tak pernah cukup, menumpuk jam mengajar dan mengoreksi tugas, bab tesis yang direvisi berkali-kali hanya untuk diabaikan dosen pembimbing yang bahkan enggan membaca — apalagi membalas email. Hidup dari semester ke semester, gaji menyusut, beban kerja membengkak, menjadi pion di perang abadi antar-departemen. Katabasis mengerti rasanya menghabiskan tahun-tahun terbaik hanya untuk mengerjakan pekerjaan kasar demi memperkuat ide orang lain, bertahan di anak tangga terbawah tangga karier yang tak akan pernah bisa didaki — menara gading yang ternyata lebih mirip skema piramida.

Kuang mengambil kenyataan itu dan membuatnya harfiah: akademia adalah neraka. Novel keenam penulis asal Amerika ini memadukan komedi kampus dengan fantasi dunia bawah — bayangkan David Lodge bertemu iblis. Jika Yellowface(2023) adalah satir industri penerbitan penuh humor gelap dan sindiran tajam, dan Babel (2022) adalah versi Oxford alternatif yang akhirnya ia hancurkan, Katabasis kembali menunjukkan ciri khas Kuang: tak pernah setengah-setengah. Ia tidak menyiratkan, ia menuduh langsung. Baginya, ada struktur yang terlalu kuat untuk diubah secara halus; kadang hanya bisa diguncang dengan kekuatan kasar. Namun, ia juga paham bahwa lelucon yang tepat bisa menampar lebih keras dari kemarahan.

Di Katabasis, neraka bukan jurang berapi, melainkan kampus itu sendiri. Alice Law dan Peter Murdoch, dua mahasiswa pascasarjana Cambridge, memulai misi untuk mencari dosen pembimbing mereka, Profesor Jacob Grimes, yang baru saja meninggal tragis dalam kecelakaan laboratorium. Tanpa dia, masa depan akademik mereka akan tamat. Solusinya: menyusup ke dunia bawah dan membawanya kembali — seperti Orpheus dalam mitos.

Cerita ini berlatar tahun 1980-an, saat teori post-strukturalisme sedang mendominasi. Alice dan Peter mempelajari “magick analitik”, cabang ilmu humaniora yang absurd namun dianggap berguna (seloroh Kuang, bukan saya). Ada kapur khusus, rumus matematika, dan pentagram. Logikanya sengaja dibuat tak terlalu masuk akal — yang penting adalah mengikuti idenya.

Namun, sihir sejati novel ini adalah ilusi diri. Saat menjelajah “delapan pengadilan neraka”, Alice dan Peter sadar betapa mereka telah menelan mentah-mentah logika eksploitatif akademia: mengira rivalitas adalah kekuatan, eksploitasi adalah meritokrasi, privilese adalah prestise, dan ketahanan adalah kebanggaan. Mereka percaya pada kebohongan bahwa siapa pun bisa menjadi pengecualian jika cukup “istimewa”. Dan Grimes lah yang menanamkan ilusi itu — arogan, rakus, namun memikat. Misi menyelamatkannya perlahan berubah, tapi ikatan lama sulit dilepaskan.

Kuang jelas kritis terhadap institusi, namun tetap setia pada semangat intelektual. Katabasis merayakan “akrobat pemikiran” dan penuh referensi bagi kutu buku — dari teori permainan Nash, tangga mustahil Escher, Lacan, hingga roti Lembas. Novel ini mencintai ide-ide, namun menolak kurungan yang membatasi mereka.

Berbeda dengan Babel yang berakhir dengan kehancuran total, Katabasis lebih berantakan tapi juga lebih manusiawi. Alih-alih pengorbanan heroik, ia berbicara tentang bertahan hidup. Bukan soal apa yang rela kita korbankan, tetapi apa yang membuat kita bertahan — pertanyaan filosofis tertua dan terindah.

Memang, Katabasis bukan tanpa kelemahan. Ada tokoh antagonis yang terasa berlebihan, alat plot yang mengada-ada, celah logika yang diisi makhluk tulang berjalan, dan politik fakultas 1980-an yang terasa terlalu mirip kondisi sekarang. Namun, semua itu mudah dimaafkan, terutama bagi mereka yang punya dendam terhadap dunia kampus.

Membaca novel ini seperti menikmati kenakalan intelektual tanpa rasa bersalah. Saya meninggalkan dunia PhD bertahun-tahun lalu, dan rasanya seperti lolos dari penjara. Katabasis mengingatkan saya pada alasan saya tak pernah menoleh kembali — dan membiarkan saya tidur nyenyak malam itu, tanpa bayang-bayang Foucault di kepala.

Identitas Buku

Penulis: R. F. Kuang (Rebecca F. Kuang), novelis fantasi Amerika yang dikenal lewat karya seperti The Poppy WarBabel, dan Yellowface (Wikipedia).
JudulKatabasis, sebuah stand-alone fantasy dark academia (Wikipedia).
Tanggal Rilis: Akan terbit pada 26 Agustus 2025 (format hardcover, ebook, audio, dan edisi cetak lainnya) (Harper AcademicBarnes & Noble).
Penerbit: Harper Voyager (imprint dari HarperCollins)
Halaman: Sekitar 560 halaman untuk versi hardcover.

Apa Saja Format yang Akan Tersedia?

Edisi yang akan diterbitkan termasuk:

Hardcover (termasuk edisi terbatas deluxe)
Paperback / Large Print
E-book (digital)
Audiobook (HarperCollinsGoodreads)

Lalu, Kenapa Review Sudah Ada?

Beberapa media, seperti The Guardian, telah menerbitkan ulasan seputar novel ini karena mereka mendapatkan akses ke Advance Reader Copies (ARC) sebelum tanggal resmi peluncuran (The Guardian).


Sumber: TheGuardian

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Promo Spesial!

Iklan

Beriklan di sini. Diskon 50% hari ini!