Hidup adalah Roller Coaster: Menyambut Guncangan dengan Penuh Kesadaran

Hidup bukanlah jalan lurus yang sunyi. Ia penuh tikungan tajam, tanjakan terjal, dan turunan curam yang kadang membuat kita mual, ketakutan, dan ingin menyerah. Namun, di balik semua itu, justru di sanalah letak keindahannya: dalam degup yang tak menentu, dalam gemetar yang memacu, dalam kejutan yang tak pernah selesai. Hidup adalah roller coaster; perjalanan yang tidak bisa kita kendalikan sepenuhnya, tapi bisa kita rasakan sepenuhnya.
Orang bijak pernah berkata bahwa “hidup bukan tentang menunggu badai reda, tapi belajar menari di tengah hujan.” Roller coaster tak akan pernah menjadi menyenangkan jika hanya diam di tempat—tanpa gerak, tanpa guncangan. Justru, semakin liar, semakin tak terduga, semakin ia memaksa kita menjerit dan tertawa sekaligus, semakin terasa bahwa kita sungguh hidup.
Mendaki, Menurun, dan Terombang-Ambing
Ada hari-hari ketika semuanya terasa menanjak. Perlahan. Berat. Seakan hidup sedang menarik kita ke puncak hanya untuk dijatuhkan tanpa ampun. Kita menggertakkan gigi, memegang erat pengaman, berharap semua ini akan segera selesai. Tapi hidup bukan tentang sampai cepat ke bawah atau ke atas. Ia adalah tentang bagaimana kita bertahan ketika diguncang dan tidak mengerti apa yang sedang terjadi.
Ketika jatuh bebas itu datang—dan ia pasti akan datang—kita akan merasa seolah-olah semua yang kita miliki tercabut dalam sekejap. Kita kehilangan arah, kehilangan kendali, bahkan kehilangan keyakinan. Namun, bukankah justru dalam kehilangan itu kita menyadari betapa berharganya hal-hal yang biasa saja? Seperti rasa aman. Seperti pelukan hangat. Seperti kata-kata sederhana yang menenangkan.
Roller coaster tidak pernah bergerak dalam garis lurus. Ia selalu membawa kita naik dan turun, ke kanan dan kiri, terbalik dan kembali. Seperti itu pula hidup: kita tak akan selamanya berada di puncak, dan kita juga tak akan selamanya berada di dasar. Roda selalu berputar. Hari ini mungkin kita menangis karena kehilangan, esok mungkin kita tertawa karena kemenangan kecil. Ketidakpastian itu bukan musuh, melainkan sahabat yang diam-diam mengajarkan banyak hal.
Hidup yang stabil dan lurus mungkin terdengar menyenangkan. Tapi di balik kesunyian itu, ada kekosongan. Tidak ada tantangan, tidak ada kemajuan, tidak ada cerita. Roller coaster memberi kita cerita. Ia memberi kita luka, tapi juga keberanian. Ia membuat kita takut, tapi juga kuat. Ia memaksa kita untuk menggenggam tangan orang di sebelah kita lebih erat. Untuk saling berseru, saling tertawa, dan saling menangis.
Banyak orang ingin hidup yang aman. Mereka enggan mengambil risiko, enggan menghadapi ketidakpastian. Tapi hidup bukan taman bermain yang bisa kita desain sesuka hati. Ia adalah wahana yang sudah dibangun dengan lintasan tertentu, dan kita hanya bisa memutuskan apakah kita ingin naik atau tidak. Dan jika kita memutuskan untuk naik, kita harus menerima semua guncangan itu sebagai bagian dari paketnya.
Kehidupan juga mengajarkan bahwa tidak semua orang menikmati roller coaster dengan cara yang sama. Ada yang berteriak kegirangan, ada yang menutup mata sepanjang perjalanan. Ada yang menyesal setelah naik, ada pula yang ingin naik lagi. Itulah keunikan pengalaman manusia. Kita bisa merasakan hal yang sama, tetapi menyikapinya dengan cara yang berbeda. Dan tidak ada satu pun yang benar atau salah.
Setiap Fase Ada Akhirnya
Mungkin kamu sedang berada di fase hidup yang terasa seperti tikungan tajam. Segalanya berputar cepat, dan kamu kehilangan pijakan. Mungkin kamu sedang dalam turunan tajam, dengan perasaan seperti melayang dan kehilangan kendali. Atau mungkin kamu sedang dalam pendakian yang panjang dan melelahkan, bertanya-tanya kapan akhirnya semua ini akan usai. Apa pun itu, yakinlah bahwa setiap fase memiliki akhirnya.
Tidak ada roller coaster yang berputar tanpa ujung. Dan jika hidup benar-benar seperti roller coaster, maka kita tidak seharusnya hanya fokus pada rasa takut. Kita harus mencoba menikmati pemandangan. Lihat sekeliling. Rasakan angin di wajahmu. Dengarkan degup jantungmu yang berpacu. Karena semua itu adalah tanda bahwa kamu masih hidup. Bahwa kamu masih merasakan. Bahwa kamu belum menyerah.
Hidup juga mengajarkan kita bahwa keberanian bukan berarti tidak takut, tetapi tetap maju meski takut. Seperti naik roller coaster untuk pertama kali. Kita berdiri di antrean dengan perut melilit dan pikiran berkecamuk. Tapi kita tetap melangkah. Dan saat wahana mulai bergerak, kita menjerit, tertawa, dan pada akhirnya menyadari bahwa rasa takut itu ternyata menyimpan sesuatu yang luar biasa: keberanian dan kenikmatan hidup yang otentik.
Begitu pula dalam kehidupan sehari-hari. Kita takut memulai hal baru. Takut gagal. Takut kehilangan. Tapi jika kita membiarkan rasa takut mengendalikan arah, maka kita hanya akan menjadi penonton dalam hidup sendiri. Kita harus belajar memegang kendali, meski kendali itu semu. Kita harus belajar menerima bahwa tidak semua bisa direncanakan, tapi semua bisa dijalani dengan hati yang lapang.
Belajar Memaafkan Diri Sendiri
Ketika kita menjalani hidup seperti menaiki roller coaster, kita juga akan lebih mudah memaafkan diri sendiri. Kita sadar bahwa tidak semua kesalahan adalah akhir dari segalanya. Bahwa jatuh bukan berarti gagal, tetapi bagian dari proses. Bahwa setiap luka akan sembuh, dan setiap air mata akan mengajarkan kita sesuatu. Kita tidak diciptakan untuk selalu benar. Kita diciptakan untuk belajar.
Dalam setiap guncangan, dalam setiap putaran yang membingungkan, kita akan menemukan bahwa kita tidak sendirian. Ada orang-orang di samping kita yang juga sedang berjuang. Mereka mungkin tidak menunjukkan jeritan mereka, tapi mereka juga sedang berpegangan sekuat tenaga. Hidup mengajarkan kita untuk lebih peka terhadap orang lain, karena semua orang sedang menaiki roller coaster mereka sendiri.
Ketika kita melihat kembali perjalanan hidup, kita tidak akan ingat saat-saat ketika semuanya berjalan mulus. Kita akan ingat saat-saat ketika kita hampir menyerah tapi tidak jadi menyerah. Ketika kita jatuh dan bangkit lagi. Ketika kita tertawa di tengah ketakutan. Ketika kita menyadari bahwa hidup, meski penuh guncangan, adalah sesuatu yang sangat berharga.
Mungkin itulah mengapa hidup seperti roller coaster: agar kita tidak menjadi makhluk yang beku, mati rasa, atau terlalu berhati-hati. Agar kita bisa menghidupi hidup dengan segala warnanya—dengan jerit dan tawa, dengan tangis dan harapan. Karena hanya dalam kombinasi itulah kita bisa menyebut hidup sebagai pengalaman yang utuh.
Hadir Sepenuhnya
Jadi, jika suatu hari kamu merasa hidupmu berantakan, tidak terkendali, dan terlalu cepat berubah, ingatlah bahwa kamu sedang menaiki roller coaster kehidupan. Pegang erat, tarik napas dalam, dan biarkan dirimu terbawa. Jangan terlalu kaku. Jangan terlalu takut. Karena justru dalam momen-momen paling mengguncang itulah kamu akan tahu bahwa kamu masih hidup. Dan itu, pada akhirnya, adalah hal yang paling penting.
Hidup tidak meminta kita menjadi sempurna. Ia hanya meminta kita untuk hadir. Untuk berani naik ke wahana itu meski gemetar. Untuk bersedia merasakan semua rasa, dari takut sampai lega. Dan pada akhirnya, untuk tersenyum dan berkata: “Aku sudah naik. Aku sudah menjalani semuanya. Dan aku bersyukur.”
Karena hidup, seperti roller coaster, bukan tentang sejauh mana kita melaju. Tapi tentang bagaimana kita meresapi setiap detiknya. Tentang bagaimana kita berani tetap berada di kursi itu meski tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Dan tentang bagaimana, setelah semua itu selesai, kita mampu berdiri, menoleh ke belakang, dan bersyukur pernah ada dalam perjalanan yang luar biasa ini.*
Penulis: T.H. Hari Sucahyo
(Penulis adalah pegiat pada Cross-Diciplinary Discussion Group “Sapientiae”)