Hari Buruh di Mata Perempuan

Tiba saatnya untuk kita merefleksi dan mengingat kilas balik sejarah yang telah terjadi di negeri ini. 1 Mei senantiasa diperingati sebagai Hari Buruh Nasional. Peringatan ini bukan seremonial belaka, melainkan ikhtiar penyadaran diri agar senantiasa konsisten menghormati perjuangan pekerja di seluruh penjuru wilayah di Indonesia. Pada hari buruh, kita mengenang sejarah panjang bagaimana perjuangan para pekerja mendapatkan hak-hak keadilan dan kelayakan di tempat bekerja dan ruang lingkup dunia pekerjaan.
Mari kita merefleksi, bahwa perjuangan para buruh telah berlangsung cukup lama sampai berabad-abad dengan lika-liku perjalanan yang cukup panjang. Banyak sekali pekerja yang berasal dari berbagai latar belakang keluarga, ekonomi, dan identitas lainnya. Di samping mereka berjuang untuk kelangsungan hidup, mereka juga berjuang untuk mendapatkan perlindungan dan keadilan yang mereka butuhkan di dunia kerja sebagai penunjang dalam mempertahankan diri di dunia kerja.
Baik perempuan maupun laki-laki secara terang dan adil harus mendapatkan hak yang layak karena sama-sama mempunyai nilai dan potensi diri serta berkontribusi besar dalam berbagai kesempatan. Muda tua bekerja keras untuk mencari penghasilan guna memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Mari kita sejenak menghela nafas dan berpikir jernih bahwa para pekerja telah berkontribusi signifikan terhadap perekonomian negara. Namun, ironisnya mereka masih saja menghadapi berbagai permasalahan internal maupun eksternal. Ada sebagian dari mereka yang masih mengalami kesenjangan sosial dari segi upah. Diskriminasi status sosial dan minimnya perlindungan hukum dalam dunia pekerjaan.
Dua Sisi Perempuan sebagai Pekerja
Para pekerja perempuan, misalnya. Sebagian dari kaum perempuan seringkali harus menghadapi ancaman di ruang publik. Belum lama ini ada kasus pelecehan yang terjadi di tempat kerja, bahkan sedang melakukan suatu pekerjaan. Hal ini menunjukkan bahwa harus adanya etika profesi yang kuat di tempat kerja. Tidak hanya berlaku bagi suatu instansi ataupun lembaga, tetapi juga bagi setiap individu jiwa perorangan.
Kasus lain terjadi di awal tahun 2025. Baru sepekan telah ada beberapa kasus kekerasan dan pelecehan. Dilansir dari laman resmi Pusat Informasi Kriminal Nasional (Pusiknas) Bareskrim Polri, jumlah laporan kekerasan dan pelecehan seksual pada tujuh hari pertama di tahun 2025. Jumlah ini lebih banyak jika dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2024.
Perempuan kerap kali juga harus menghadapi tantangan ganda, baik di tempat kerja maupun di ruang-ruang privat. Beban kerja yang ganda juga terkadang menjadi permasalahan bagi perempuan di dunia pekerjaan, harus bertanggung jawab pada pekerjaan tetapi di sisi lain harus mengerjakan kewajiban di ranah keluarga. Kedua sisi ini harus senantiasa mempunyai kesinambungan guna menyeleraskan antara hak dan kewajiban agar rumah tangga tetap terjaga dan penghidupan keluarga tetap terpenuhi baik dari sisi jiwa maupun raga.
Kesetaraan dalam Dunia Kerja
Berbicara mengenai eksistensi perempuan dalam hal mempertahankan dan menyelaraskan kewajiban, ada beberapa tokoh perempuan pejuang kaum buruh yang senantiasa berjuang untuk mendapatkan pengakuan dan kesetaraan dalam dunia kerja yang seringkali didominasi oleh laki-laki. Tokoh perempuan tersebut di antaranya ada Rahmah El Yunusiyah (pendidik dan pejuang hak-hak perempuan buruh), Marsinah (aktivis buruh yang memperjuangkan hak-hak buruh, serta perjuangannya yang sampai sekarang menjadi simbol perjuangan dan perlawanan serta semangat kaum perempuan buruh di tanah air).
Sekarang, dalam momentum memperingati Hari Buruh Nasional, kita perlu merefleksikan diri. Mengingat, mencerna, dan memperjuangkan hak-hak perempuan dalam dunia kerja serta menjaga apa-apa yang telah atau sedang diperjuangkan. Jangan lagi ada ketimpangan sosial dan pemberitaan negatif yang menimpa perempuan. Mengingat kesetaraan gender dan keadilan sosial harus selalu menjadi hal yang utama dalam setiap kebijakan yang diusulkan serta ditegakkan dengan sebaik-baiknya kebijakan. Jangan ada lagi praktik-praktik gelap yang tidak karuan.
Ingatlah bahwa perempuan maupun laki-laki memiliki kesempatan yang sama dan kebebasan yang luas untuk senantiasa berkembang dan mengasah keterampilan serta memakaimalkan potensi diri. Selain itu, juga keefektifan dalam hal keseharian. Perempuan dan laki-laki memiliki akses yang sama terhadap hal-hal yang menunjang dalam karir pekerjaan untuk meraih kehidupan yang lebih sejahtera.
Memuliakan Hak dengan Penuh Kesadaran
Akhir kata, dengan tetap memperjuangkan hak-hak serta tetap membuka mata, peka terhadap situasi dan kondisi yang ada, kita dapat merasakan keterbukaan dan kenyaman dalam dunia kerja tanpa mengkhawatirkan konstruk sosial masyarakat yang memandang gender. Maka, mari kita berjuang untuk mempertahankan kesadaran dan memuliakan hak-hak kita secara sehat dan penuh kesadaran.
Selamat Hari Buruh Nasional. Mari terus memperjuangkan hak-hak para pekerja dan mempertahankan kesadaran tentang pentingnya kesetaraan gender dan keadilan sosial dalam dunia kerja.
Penulis: Yovie Yulianti
(Penulis adalah alumnus IAI Darussalam Ciamis, Sekretaris Umum KOHATI (Korps HMI-WATI) Ciamis, Wakil Sekretaris Umum Bidang Pemberdayaan Perempuan HMI Ciamis)
Editor: Muhammad Farhan Azizi