Akhir Rindu dan Cinta

Akhir Rindu dan Cinta

Jika kerinduan adalah jarak antara bertemu dan cinta,
Maka di mana pun manusia berada, ia akan merasakan satu makna yang Tuhan berikan.
Filosof cinta berkata: tak ada jarak antara rindu dan cinta,
Karena yang tersisa dari waktu hanyalah bekas wajahmu yang selalu hadir ketika sepi.
Selamat tenggelam dalam rembulan, ia akan selalu menyinari bumi tatkala petang,
Sembari ia berkata: engkau bersama-Ku.

Ziarah dalam Sunyi

Ada tangis di antara malam dan terang,
Sembari menunggu pagi, ia termangu:
“Apakah benar Tuhan baik dengan takdir-Nya?”
Tapi kalam suci tak pernah ingkar,
Dari tetesan air mata, ia sadar:
Tuhan tak pernah janji langit selalu biru, tapi Ia berjanji akan selalu menemani.

Jalan Bercerita

Biarkan langkah yang akan bercerita nantinya,
Sembari waktu mengitari dalam diri:
Di mana nanti dan kapan nanti,
Ia akan benar-benar berarti.

Seperempat abad lebih dua,
Menuju setengah abad lebih tiga.
Segaris lurus dengan bertemu-Mu,
Doa-doa takkan pernah usang bertamu.

Menanggal dan berjalan,
Tertatih dan menghiasi,
Dera dan cita,
Langkah dan makna.

Simulakra Keabadian

Yang abadi tetaplah abadi,
Yang sirna pun sama,
Yang pergi akan berlalu.

Baca Juga
Serakah

Detik tak akan menyalahkan waktu,
Jam pun tak akan terulang.
Abadi engkau: wahai kekasih.

Yang Ada dalam Ketidakhadiran

Tiada bukan berarti sirna,
Yang tak bersama bukan berarti tak di hati.
Sembari menunggu senja,
Cerita-cerita akan berakhir di ujung senja,
Begitu pun keagungan yang pernah diukir bersama,
Sisa-sisa waktu yang akan bercerita: “semua tentang kita.”

Engkau abadi di mana pun engkau berada,
Suatu saat kita ceritakan,
Di mana yang tersisa dari temu adalah senyum manismu
Ketika bersama.

Ihya Ulumuddin
Universitas KH Abdul Chalim – bersama senja, 10 Mei 2024

Suara Serupa

2 Comments

Tinggalkan Balasan