Membaca Palestina secara Utuh

Konflik berkepanjangan yang terjadi di Palestina bukan semata-mata persoalan politik atau sengketa wilayah, melainkan juga menyangkut keadilan, hak asasi manusia, dan penjajahan yang belum berakhir. Dunia Islam pun memiliki keterikatan historis, spiritual, dan kemanusiaan terhadap Palestina hingga menjadikannya isu sentral dalam dinamika geopolitik dan solidaritas umat Islam global.
Buku Diplomasi Bela Palestina dan Minoritas Muslim di Berbagai Negara di Dunia hadir memberikan perspektif yang utuh tentang hubungan antara perjuangan rakyat Palestina dan posisi strategis dunia Islam. Diluncurkan pada Asia Pacific Dialogue for Palestine di Gedung MPR/DPR RI, 8 November 2025, buku ini lahir membawa pesan kuat bahwa membela Palestina adalah tanggung jawab kemanusiaan.
Dengan bahasa yang mengalir namun tetap lugas, para penulis mengurai akar sejarah konflik Palestina, dinamika politik global, hingga kondisi minoritas Muslim di berbagai negara. Melalui pendekatan historis, politik, teologis, dan sosial, pembaca dapat memahami akar persoalan serta peran nyata yang diambil oleh negara-negara dan komunitas Muslim di seluruh dunia.
Buku ini juga menegaskan pentingnya diplomasi publik sebagai instrumen efektif dalam mengarusutamakan isu Palestina. Para penulis menunjukkan bahwa kekuatan diplomasi tidak hanya bertumpu pada negosiasi antarnegara, namun juga pada mobilisasi opini publik, media, lembaga pendidikan, dan komunitas internasional. Melalui berbagai contoh kasus minoritas Muslim di dunia, dari Asia Tengah hingga Eropa Barat, buku ini memperlihatkan bagaimana solidaritas akar rumput dapat memengaruhi agenda politik luar negeri.
Tak pelak, keunggulan utama buku ini adalah kelengkapan perspektifnya. Analisisnya melibatkan aspek teologis, politik internasional, relasi antarnegara, gerakan masyarakat sipil, hingga diplomasi lembaga keagamaan. Kolaborasi banyak penulis menjadikan isinya kaya dan berlapis, menghadirkan gambaran utuh bagaimana umat Islam di berbagai belahan dunia merespons tragedi Palestina. Keterlibatan MUI dan Baznas dalam penerbitannya membuat buku ini memiliki legitimasi moral sekaligus otoritas kelembagaan.
Dengan kerangka historis, buku ini mengajak pembaca menelusuri akar konflik Palestina tidak hanya sebagai perang teritorial, tetapi sebagai luka kolektif umat Islam yang memiliki keterikatan spiritual dan kemanusiaan terhadap tanah suci Palestina. Selanjutnya, dari sisi teologis dan sosial, buku ini menunjukkan peran strategis kaum Muslim untuk mendukung rakyat Palestina.
Buku ini juga membuka dialog penting tentang peran umat Islam dalam membangun diplomasi yang berkelanjutan. Para penulis menekankan perlunya pendidikan politik yang kritis, literasi geopolitik yang kuat, dan partisipasi aktif dalam forum internasional. Dengan begitu, pembelaan terhadap Palestina tidak berhenti pada retorika, tetapi berkembang menjadi gerakan yang berbasis pengetahuan dan strategi.
Kontribusi lebih dari 40 nama penulis, mulai dari kalangan pemikir akademis, aktivis, hingga tokoh agama menjadi kelebihan tersendiri dalam sajian sudut pandang yang beragam. Pendekatan kolektif dalam buku ini membantu menjembatani diskursus dari level diplomasi negara, komunitas Muslim minoritas di berbagai negara, hingga warga awam yang ingin memahami lebih jauh tentang relasi umat Islam dengan persoalan Palestina.
Kendati sangat komprehensif, satu risiko dari pendekatan kolektif (lebih dari 40 penulis) adalah potensi kurangnya koherensi naratif. Mengingat begitu banyak perspektif, pembaca awam mungkin menemukan variasi gaya dan sudut pandang yang kadang sulit diselaraskan dalam satu benang merah. Namun, hal ini tidak mengurangi bobot dan daya dorong pesan besar yang ingin disampaikan.
Selain itu, karena buku ini sangat tegas dalam menganjurkan keterlibatan umat Islam di ranah diplomasi dan advokasi, ada kemungkinan sebagian pembaca yang lebih netral menilai buku ini lebih bersifat normatif daripada analitis murni.
Bagaimanapun, di tengah ketegangan geopolitik dan krisis kemanusiaan yang terus berlangsung di Palestina, buku ini hadir sebagai pengingat penting bahwa perjuangan Palestina bukan hanya urusan lokal, tetapi urusan kemanusiaan global. Dalam konteks Asia–Pasifik, konferensi peluncuran buku semacam ini juga mencerminkan upaya menguatkan diplomasi solidaritas lintas negara.
Dengan meningkatnya peran lembaga keagamaan dan filantropis di dunia diplomasi modern, buku ini menjadi salah satu upaya gerakan moral yang berpadu dengan diplomasi formal. Ia mendorong pembaca, terutama umat Islam, agar tidak pasif. Membela Palestina bukan hanya melalui doa, tetapi juga dengan tindakan nyata, baik lewat jalur pendidikan, advokasi, maupun aksi kemanusiaan.
Singkat kata, buku ini bukan hanya kumpulan tulisan tentang Palestina. Ia adalah manifesto moral, panduan diplomasi kemanusiaan, dan cermin solidaritas dunia Islam dalam menghadapi kezaliman global. Bagi pembaca yang ingin memahami isu Palestina secara mendalam sekaligus mencari inspirasi konkret untuk bertindak, buku ini adalah pilihan yang sangat layak dibaca.(*)
Identitas Buku
Judul : Diplomasi Bela Palestina dan Minoritas Muslim di Berbagai Negara di Dunia
Editor : Sudarnoto Abdul Hakim, dkk.
Penerbit : RajaGrafindo Persada (bekerja sama dengan Majelis Ulama Indonesia dan Baznas)
Cetakan : I, November 2025
Tebal : 572 halaman
ISBN : 978-623-08-2002-1
Peresensi : Ahmad Fatoni, Dosen Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Malang