Generasi di Bawah Cahaya Layar

Generasi di Bawah Cahaya Layar
Mereka lahir ketika cahaya tak pernah padam.
Bekerja, tapi tanpa pintu masuk—atau keluar.
Kantor: sebuah tab di layar.
Pulang: sebuah jeda notifikasi.
Jam kerja kehilangan jarum.
Hari libur, hanya perpindahan dari rapat ke hiburan.
Mereka mencari makna.
Loyal bukan pada perusahaan,
tapi pada sebuah rasa: hidup tak boleh menjadi ruang tunggu.
Namun lelah itu nyata.
Burnout. Cemas. Sunyi.
Kata-kata itu kini ada di ruang Slack, Zoom, dan grup kerja.
Hierarki lama kerap gagap mendengarnya.
Di luar, dunia retak: iklim, politik, harga.
Di dalam, mereka ingin pekerjaan yang selaras dengan hidup.
Bukan sekadar biaya hidup.
Mungkin kelak dunia kerja berubah.
Bukan karena niat modal,
tapi karena kesunyian yang tekun dari generasi ini—
yang terus menatap layar
dan membayangkan masa depan yang belum ada.
Generasi yang Tidak Mau Tunduk
Mereka disebut malas.
Padahal hanya menolak bekerja dengan logika mesin.
Kantor kini bisa berada di pangkuan.
Atau di kantong.
Dan atasan bisa menyapa pukul 23.14, tanpa merasa bersalah.
Generasi ini berpindah kerja seperti orang berganti playlist.
Bukan karena tak setia—
justru karena terlalu setia pada dirinya sendiri.
Perusahaan bicara “visi”.
Yang dibaca: target penjualan.
Perusahaan bicara “keluarga”.
Yang terasa: rapat tambahan.
Burnout menjadi kata populer.
Dulu disebut malas,
sekarang didiagnosis,
tapi tetap tak diberi cuti.
Di luar kantor, dunia memanas.
Di dalam layar, target kuartal tak berubah.
Mereka tahu kontradiksi itu.
Dan pelan-pelan, mereka menjadikan kerja hanya salah satu cara hidup—
bukan pusat hidup.
Modal mungkin tak menyukai ini.
Tapi sejarah jarang tunduk pada yang tak mau mendengarkan.
Generasi Z di Ruang Kerja
Breaking news: “Indeks produktivitas turun. Perusahaan akan meninjau ulang jam kerja fleksibel.”
“Zoom jam 9?”
“Jam 9 mana? WIB, GMT, atau EST?”
Notifikasi berbunyi.
Pukul 00.47.
Reminder: deadline besok.
“Kerja itu ibadah.”
—kalimat dari manajer.
Dikirim lewat chat,
diakhiri emoji jempol.
Di media sosial:
foto pantai.
Caption: remote working.
Di luar frame: mata lelah, laptop panas, koneksi tidak stabil.
“Para pekerja muda sulit dipertahankan.”
—laporan tahunan korporasi.
Mereka pindah kerja.
Seperti memindahkan ikon di layar.
Tidak dramatis. Tidak sentimental.
Sekadar menggeser.
Burnout.
Kata itu kini sah diucapkan.
Tapi tetap tidak sah untuk alasan keluar rapat.
Di luar: harga naik, suhu bumi naik, debat politik memanas.
Di dalam layar: Q3 target, client meeting, follow up email.
Suatu hari, mereka akan mematikan kamera.
Bukan karena malu,
tapi karena sedang memikirkan dunia
di luar frame.